Tampilkan postingan dengan label resensi puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label resensi puisi. Tampilkan semua postingan

Kecurigaan WS.Rendra pada "Maksud Baik"




Ada yang menarik dari salah satu puisi yang berjudul : “Sajak pertemuan Mahasiswa” yang ditulis di jaman Orde Baru, Jakarta 1 Desember 1977…sepertinya sajak ini ditulisnya pada jaman pergolakan Mahasiswa setelah peristiwa Malari tahun 1975, dimana tokoh-tokoh Malari seperti Hariman Siregar dan Bambang sulistomo pada waktu ditahan oleh Pemerintah Orde Baru.

Pada salah satu bait sajak tersebut terbersit kecurigaan Rendra terhadap Pertemuan Mahasiswa dengan seseorang yang mengemukakan “Maksud Baik”

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : “kami ada maksud baik”
dan kita bertanya : “maksud baik untuk siapa ?”

Jelas pada bait ini Rendra ingin bercerita tentang situasi dan kondisi saat itu, bahwa tidak selalu “Maksud Baik”  mengandung kebaikan, situasi yang penuh kecurigaan, tidak ada lagi kepercayaan terhadap maksud baik penguasa, ada relevansi kondisi tersebut dengan situasi dan kondisi saat ini.
Dipertegas lagi pada bait berikutnya dengan makna dan tujuan “Maksud Baik” tersebut:

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

Kecurigaan terhadap maksud baik tersebut bukan tanpa alasan, karena keserakahan penguasa menindas yang lemah dan memperdayanya dengan “Maksud Baik”
Tipu daya dengan dalih “Maksud Baik” inipun memang merupakan cara para penguasa dan pengusaha untuk menguasai hak-hak rakyat kecil, dan sampai saat sekarang inipun praktek seperti itu masih terus berlangsung
.
tentu, kita bertanya :
“lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

Betapa kepintaran pada akhirnya hanya untuk melakukan pembodohan, bukanlah dijadikan alat merubah bangsa ini menjadi pintar,sehingga terus bodoh dan gampang untuk dibodohi.
sebentar lagi matahari akan tenggelam

malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

Sampai bait akhir puisi ini, rendra tetap tidak percaya dengan “Maksud Baik” yang disampaikan, bahkan pertanyaannya tentang Maksud Baik itupun diyakininya hanya sampai didengar dan tidak akan pernah terjawab.

(Puisi ini saya hanya kutip bait perbait bukanlah secara utuh, dikutip dari “Kumpulan Puisi WS Rendra Web site Koperasi Baitul Maal Sejahtera )

Foto illustrasi : By google