illustrasi : Rimanews. |
“Mengendalikan kemarahan jauh lebih mudah daripada memperbaiki kerusakan yang diakibatkan pelampiasannya”
“Marah” sebuah kata yang sederhana dan sangat mudah diartikan, semua orang mungkin sudah tahu artinya jadi tidak perlu lagi diterjemahkan. Sebab Marah-lah bisa pecah perang juga keributan. Perang di seantero dunia pun bisa dikarenakan marah, begitu juga keributan dirumah tangga. Hanya karena mudah marah dan tidak bisa mengendalikan marah keributan dan pertikaian bisa terjadi.
Marah sering ditolerir sebagai sebuah gejolak kejiwaan manusia yang normal dan sah-sah saja. terlebih, kondisi kehidupan di akhir zaman seperti sekarang ini yang memancing kita untuk meluapkan kemarahan. bahkan, menurut Al-Ghazali, seringkali kemarahan dianggap sebagai kejantanan dan kemuliaan harga diri. Dampaknya, betapa banyak kasus keji terjadi diakibatkan oleh “Marah”. Tragisnya, seringkali amarah dipicu oleh hal-hal yang sepele.
Dalam marah, sangat besar peranan setan, karena dalam marah terkandung nafsu, dalam nafsu selalu terkandung pengendalian setan. Kalau saya menuliskan ini, bukanlah berarti saya orang yang pandai mengendalikan marah, atau seorang yang tidak pernah marah. Justeru saya ingin berbagi, agar sama-sama mengetahui buruknya akibat yang disebabkan marah.
Dalam sebuah buku yang berjudul : “Jangan Mudah Marah” karangan, Syaikh Fauzi Said, Dr Nayib Al-Hamd, dikatakan: Sejatinya marah tidak bisa dilepaskan dari peran setan. menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, selain hawa nafsu, marah merupakan keempatan emas bagi setan untuk menggelincirkan manusia. Tak salah, karena dalam berbagai kesempatan, Rasulullah mewanti-wanti para sahabatnya dengan pesan singkat-namun sarat makna: “Jangan marah”bahkan, menurut Abu Darba, kondisi terdekat seorang hamba dengan murka Allah, adalah pada saat ia dilanda marah.
Tetapi bagaimana mengendalikan sebuah sebuah sifat yang sudah terlanjur akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, berikut ini ada beberapa tip yang saya kutip dan saya simpulkan dari buku “jangan Mudah Marah:”
1. Mengenali diri bahwa tidak berhak untuk marah dan balas dendam
Penyadaran akan hal ini merupakan pengutamaan diri dengan keridhaan dan kemarahan untuk Penciptanya. Oleh karena itu, kalau jiwa dibiasakan marah dan karena ridha karena Allah, secara otomatis ia akan terbebas dari marah dan ridha karena kepentingan diri sendiri.
2.Meninggalkan perdebatan dan memilih sikap diam
Seringkali kemarahan itu disebabkan oleh sebuah perdebatan, sikap yang bijak adalah menghindari perdebatan tersebut, dengan cara meninggalkannya atau hanya bersikap diam tidak menanggapi. Mengalah tidak selalu kalah, demi kemenangan hati
3.Mewaspadai akibat dari marah
Marah yang terlalu sering dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya. Seperti penyakit gula, tekanan darah tinggi, sakit pada saraf usus besar, dan penyakit-penyakit lain yang membutuhkan diagnosis khusus dari dokter spesialis. Marah juga dapat menimbulkan berbagai macam tindakan, baik perkataan maupun perbuatan yang dapat menjadikan pelakunya menyesal setelah kemarahannya surut.
4.Mengambil pelajaran dari pengalaman melampiaskan kemarahan yang telah lalu.
Kalau orang mau sejenak mengingat akibat melampiaskan kemarahan pada masa lalu- yaitu penyesalan karena tanpa berpikir panjang dia langsung melampiaskan hawa nafsunya, ia akan menyadari bahwa menahan marah lebih mudah daripada memperbaiki akibat buruk darinya.
Masih banyak cara lain yang juga dilakukan seseorang mengatasi nafsu amarah, antara lain : dengan memperbanyak berzikir pada Allah, Istighfar atau juga berwudhu. Dan masing-masing punya cara untuk melawan nafsu amarah, tentunya sesuai dengan pemahaman masing-masing. Artikel ini hanyalah bermaksud untuk sekedar berbagi, dan tidaklah semata-mata untuk menggurui.
Demikianlah tulisan ini saya susun kembali berdasarkan referensi buku yang saya baca. Semoga saja artikel yang singkat ini ada manfaatnya bagi kita semua.
Sumber tulisan :
Buku, “Jangan Mudah Marah” Karangan: Syaikh fauzi Said, Dr. Nayif Al-Hamd
Penerbit : Aqwam Jembatan Ilmu.