Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

"Kepadamu Malala Yousafzai"

Sumber foto : returnofking.com




Engkau matahari masa depan Pakistan
engkau pewaris keberanian Bhuto
diusia yang masih muda
bukan hanya Taliban yang terpana
Seluruh penjuru dunia pun membuka mata
.
Betapa perjuanganmu tidak semata untuk anak-anak Pakistan
pun untuk anak-anak yang kehilangan hak
tuk mendapatkan pendidikan disantero dunia
lantang sekali pidato-pidatomu
bicaramu sangat dewasa, juga pikiran-pikiranmu
.
Aku yang tua merasa kalah dewasa
karena engkau berpikir bukan untukmu
engkau memikirkan nasib kaummu
juga nasib negara dan bangsamu
yang sudah dikacaukan keegoan para Taliban
.
Aku malu padamu malala
karena diusia yang tua, aku belum berbuat apa-apa
penindasan hak, bagimu adalah cambuk
yang menghentakkan suaramu agar didengar dunia
Kini dunia ingin merengkuhmu
karena engkau anak titipan masa depan
.
Sungguh aku meyakini
engkau adalah matahari masadepan
tidak hanya bagi rakyat Pakistan
engkau tumpuan harapan
bagi bangsa yang kehilangan masadepan
.
Lantang suaramu akan menerobos segala penghalang
betapa Taliban pun akan tunggang langgang
Malala Yousafzai..adalah matahari
adalah pohon-pohon yang akan meneduhkan
adalah segara yang akan senantiasa memberikan
kesejukan bagi rakyat pakistan..
……
Jakarta, Ramadhan 2013
Salam Perjuangan dan Kemerdekaan

"Hukum dimata Tuan"

illustrasi : rotualilis.blogspot.com


"HUKUM DIMATA TUAN"
Hukum bagi Tuan seperti mainan
hari ini Tuan katakan hukum Tajam kebawah
Tumpul keatas..
Kemarin Tuan mati-matian mencampuri hukum
agar tumpul keatas..agar anak tuan tidak menjadi terdakwa..
Tuan katakan tidak ada diskriminasi hukum
hukum berlaku untuk semua...tapi tidak berlaku bagi anak Tuan
Hukum dimata Tuan seperti mainan
ketika ada keinginan Tuan menebar berbagai rayuan
menebar berbagai keberpihakan bagi rakyat
setelahnya Tuan lupa..
Tuan menjadi lupa karena ingin berkuasa
Tuan tidak ingat dosa karena Tuan sedang berkuasa
Dimimbar..Tuan seketika seakan Malaikat penolong
yang akan menyelematkan bangsa..
tapi Tuan lupa..kalau rakyat selalu ingat dosa-dosa Tuan..
Jakarta, Juni 2014

Manusia Sapi menjadi Babi

menujubermartabat.files.wordpress.com



Manusia, Sapi menjadi Babi
Didera kasus bertubi-tubi
Kasus Wisma Atlet, Hambalang sampai Century
Dari menangkap Jenderal polisi sampai Menteri Andi
Sekarang berbagai kasus pun di oplos
Dari mahalnya daging sapi, karena korupsi import sapi, maka bakso sapi pun dioplos dengan babi
.
Kagaduhan kasus daging sapi import
Akan menutup semua kasus korupsi
Itulah Manusia Sapi menjadi Babi
Bukan hanya bola yang dipolitisasi
Import sapi pun dimanfaatkan untuk kesenangan pribadi
.
Kagaduhan pak bupati nikah siri
Dan berbagai pejabat yang doyan nikah siri
Menjadi tren pejabat dingeri ini
Menghabiskan uang hasil korupsi
Dengan membagikannya pada istri siri
Seperti praktik money loundry
.
Gonjang-ganjing politik
Terus diselingi dengan pelesiran keluar negeri
Menikmati komisi hasil bagi-bagi
Sambil membawa keluarga serta anak isteri
Begitulah kalau sapi menjelma menjadi babi
Buta mata dan hati
Tutup telinga kanan dan kiri
____________
Jakarta, Desember 2012

Orang-Orang "Tanpa Kepala"



illustrasi : sbelen.wordpress.com

Aku masih pakai kepala
Tapi aku bertanya seperti apa
Kalau ada orang-orang tanpa kepala
Ikut mengelola negara ini
Sungguh aku tidak bisa membayangkan
Negara dikelola orang-orang tanpa kepala

Aku terus bertanya dan bertanya
Aku yang masih pakai kepala
Sulit membayangkan bagaimana mengelola negara
Sedangkan semua kepala sama hitamnya
Lantas bagaimana jika semua orang tanpa kepala
Lebih sulit membedakannya

Entahlah bagaimana mungkin orang bisa bilang
Yang mengelola negara ini
Orang-orang tanpa kepala, dan juga tanpa hati
Sejenis manusia apakah ini..
Apakah mereka manusia dari planet yang berbeda
Sehingga tak berwujud layaknya manusia biasa

Orang-orang tanpa kepala
Menggerogoti negara dengan suka-suka
Negara gagal pantas disandang Indonesia
Indonesia menjadi tertawaan dunia
Karena dalam hal korupsi dianggap Jawara
Tapi aku tetap tidak malu jadi orang Indonesia
Meskipun dikelola orang-orang tanpa kepala

Mungkin saja suatu saat
Kepala mereka kembali pada jasadnya
Menjadi manusia yang utuh dan
Bisa memanusiakan manusia lainnya
Orang-orang tanpa kepala sedang hidup
Diluar batas fitrahnya, mereka sedang lupa
Berpijak dibumi Nusantara..
Jakarta, 27 Juni 2012
Dari sudut Mataajinatha

"Kucing Belang" Proyek Hambalang




Kucing belang Hambalang bukan kucing Sembarang
Tak memakan ikan yang kecil juga bukan ikan yang besar
Kucing Belang Hambalang sejenis Kucing siluman
Yang senang memakan secara diam-diam
Dan suka bersenang-senang dengan diam..

Menggaruk tanah menimbun bangkainya
Pun secara diam-diam, sehingga kita hanya melihat
Sisa gundukan tanah kuburnya
Diantara puing-puing proyek yang tak terselesaikan
Karena uang pun sudah habis termakan..

Kucing Belang Hambalang
Pandai menutupi belangnya dan juga pandai berandai-andai
Sehingga semua tertipu dengan ngeongnya yang juga belang-belang
Kumis Kucing Belang Hambalang bukan juga sembarang Kumis
Kumis Kucing Belang seperti kumis Abang Jampang
Terpampang menampang diwajah belang nan belontang

Kucing Belang Hambalang menggaruk habis
Pundi-pundi negara, tidak peduli rakyat menjadi sengsara
Angka dan nilai rupiah berterbangan diterpa angin Hambalang
Yang bertebaran diantara puing dan tiang-tiang proyek
Yang entah kapan selesainya…
Kucing Belang Hambalang mulai kecut kehilangan Belang
Terpuruk disudut antara malu dan keangkuhan
——–
Jakarta, 23 Juni 2012
Dari sudut bukit Hambalang yang mulai terkangkang…
Salam Kompasiana.

Marunda Sudut Jakarta yang Segera Merana



Marunda bukanlah kampung yang biasa
dalam tatapanku dia penuh pesona
disini pernah ada kehidupan para Jawara Batavia
tapi kini Marunda hampir merana
karena para Jawara tak lagi berkuasa
para pemilik uanglah yang sudah merampas semua



Sungguhlah Indah marunda dalam tatapan mata
maka aku sudi mengabadikannya
dalam lukisan mata dalam lensa bak fatamorgana
kampung ini akan habis terkikis
oleh nafsu serakah para kapitalis
lukisan lensa ini akan menjadi saksi
bahwa kampung ini pernah ada disudut Jakarta


kalau saja para penguasa tidak buta matanya
tentu saja Kampung marunda ini tetaplah menjadi Kampungnya Jawara
menjadi cagar budaya dan bagian sejarah Batavia
menjadi objek wisata yang berbeda yang ada di jakarta


Foto-foto ini adalah hasil karya pribadi saya, yang sudah saya edit
dengan menggunakan aplikasi Instagram..

Aku Pernah Mati




Aku pernah merasa mati..
saat aku tidak berbuat apa-apa
ada dikeramaian tapi merasa sepi
membiarkan kedzoliman dipertontonkan
dan aku hanya terdiam....

Aku pernah merasa mati
aku tak berdaya melawan diri sendiri..
sementara aku bisa ganas dan beringas terhadap
kejahatan orang lain
lagi-lagi aku hanya terdiam...

Yang aku takutkan...
aku benar-benar sudah mati
tidak lagi peduli
mati hati
mati rasa
dan mati selamanya...

Kematian adalah keharusan hidup
tapi hidup haruslah berarti
jangan mati sebelum memberikan arti
jangan mati sebelum mengenal diri sendiri...


Jakarta, 24 Maret 2012

Dari sudut hati


Illustrasi By Google Images

Doa Yang Tersisakan




Aku sudah kirimkan do’a
Untuk Muhammad Rasulullah
Aku sudah berdo’a untukku
Hari ini
Aku juga sudah berdo’a
Untuk kedua orang tuaku
Dan berdo’a untuk saudara
Serta para sahabatku
Tak lupa pula aku berdo’ a
Untuk bangsa dan negaraku
Namun ada satu do’ a yang
Tersisa..
Berilah petunjuk bagi para pemimpinku, agar mereka
Bisa kembali menjadi manusia seutuhnya…
____
Jakarta, 12 Juli 2011

illustrasi By Google

Kursi Yang Dicari Manusia




Kursi setan itu jadi rebutan, tidak peduli setan yang sedang bertahta diatasnya. Kursi setan itu menggoyahkan naluri manusia, yang sanggup merubah wujud menjadi tidak lagi manusia.
Kursi setan itu meluluhlantakkan sifat-sifat baik manusia, merubahnya menjadi sosok wujud yang tidak lagi manusia.

Kursi Setan itu menjadi sesembahan baru manusia yang tergila-gila pada kekuasaan dan tahta.
Kursi Setan itu dipuja-puja bagai berhala, yang diperebutkan seakan tahta raja yang berkuasa tanpa batas, menggelapkan mata dan membutakan hati untuk bisa mendapatkan.

Kursi Setan itu kini sedang diperebutkan partai-partai yang hidup dari keringat dan darah rakyat, yang tanpa sadar dikangkangi seperti tempat membuang hajat, sementara rakyat dikuras dan diperas darahnya sampai tak lagi berdarah.

Kursi Setan itu diperebutkan dengan cara tak bermartabat, lawan politik disikat dan dihujat hanya karena hasrat ingin menjabat. Naluri kemanusiaan dikebelakangkan hanya demi kepentingan.

Jakarta, 11 Oktober 2011

illustrasi by "google

Kursi Nomor 1 [Ambisi Para Jenderal]



Para Jenderal rebutan kursi
Kursi nomor satu di Republik ini
Tidak peduli setan kursi
Yang penting bisa memenuhi ambisi
-
Ambisi para jenderal
untuk merebut kursi, kursi gengsi
menjadi petinggi republik ini
saling adu kuat dan mengumpulkan amunisi
untuk sebuah misi yang penuh ambisi
-
Dari jenderal aktif sampai purnawirawan
Peduli setan dengan cara
cara benar atau salah bukan lagi masalah
begitu juga menang atau kalah
yang penting bisa adu kuat dan adu pangkat
-
Para jenderal menguras pundi-pundi
yang sudah dikumpulkan jauh-jauh hari
pundi-pundi adalah amunisi
yang bisa digunakan untuk membeli
suara-suara rakyat lapar
-
Sekalipun pemilihan suara masih jauh
tapi kursi nomor satu
sudah serasa didepan mata
mencari simpati dan dukungan terus digalakkan
memang itu tidaklah salah
yang salah jika terpilih namun tidak amanah...

Jakarta, 4 Maret 2012

WS.Rendra : "Tentang Demokrasi yang Macet"


12921691241085388304
Doc; Google
Puisi dibawah ini ditulis oleh WS Rendra sekitar tahun 1978, namun isi puisi ini masih relevan dengan kondisi Demokrasi kita saat ini, lembaga yang kita percaya untuk menampung aspirasi sudah tersumbat kekuasaan, bahkan sudah dibeli oleh kekuasaan, lantas kemana aspirasi harus kita salurkan…haruskah kecomberan ? Kondisi ditahun 1978 sampai 2010 tidak banyak berubah, apakah demokrasi hanya jalan di tempat, menjadi simbol dan alat politik untuk membius rakyat.

Para penguasa berlindung dibalik demokrasi, membodohi tanpa peduli hanya untuk kepentingan diri sendiri, apa yang diucapkan tidak sama dengan yang dilaksanakan, korupsi dihalalkan hanya untuk kepentingan perjuangan pengabadian kekuasaan, undang-undang diciptakan hanya untuk memudahkan jalan persekongkolan, lantas pada siapa kita harus protes kalau tidak lari ke jala-jalan, itupun lambat laun akan dilarang.

Lihat Rendra hanya meyakini demokrasi yang macet hanya bisa disalurkan melalui pamplet-pamplet, yang digelandang dijalanan dan sepanjang trotoar jalanan, sajak yang masih terus relevan dengan keadaan zaman yang tidak pernah berubah, karena memang tidak ada yang berkeinganan merubahnya.

Aku Tulis Pamplet Ini
Oleh : W.S. Rendra

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai  sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !


Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Bung jangan Bicara Demokrasi




Bung bicara demokrasi
Kami bicara revolusi

Bung bicara demokrasi
Kami tak lagi peduli

Bung bicara demokrasi
Tapi bung sendiri tidak mengerti

Bung bicara demokrasi
Tapi semua institusi dikebiri

Bung bicara demokrasi
Maunya kami sekarang revolusi

Memimpin itu tidak perlu retorika
Karena memimpin itu
Sesuatu yang nyata, tidak ada
Yang perlu disembunyikan dari
Pandangan mata

Jangan banyak tebar pesona
Kalau tidak punya kharisma

Jangan banyak bicara
Kalau tidak punya isi kepala

Bung bisa bicara apa tentang negara
Kalau bung tidak tahu negara itu apa

Sudahlah bung jangan bicara
Jangan lanjutkan !!!
Karena kami tidak lagi suka
Bung bukanlah seorang kepala negara

Jakarta, Nopember 2011

Dari sudut pagar Istana Negara

Illustrasi : Google images

"Mati Langkah"


By:Google Images



Sebuah negara yang besar
Layaknya sebuah kapal besar
Yang dinakhodai Pria Berbadan besar..
Namun terseok-seok ditengah lautan lepas
Dalam keadaan mabuk kekuasaan dan puja pujian..
Menabrak karang batu tak lagi bisa melaju..
-
Seorang raja layaknya diatas papan catur
Mati langkah tak tentu arah
Semua kebijakan sudah salah langkah
Petuah patah tak layak didengar
Langkah kalah didepan mata sudah
Semua pengikut mulai menyelematkan diri..
Kesetiaan hanya sebatas kekuasaan
-
Negara besar terombang ambing
Karena salah kelola dan salah yang dipuja
Kekuasaan dijadikan berhala
Yang menghalalkan segala cara untuk terus berkuasa
Pria berbadan besar tidak lagi besar
Kecil nyalinya menegakkan kebenaran
Kejahatan yang menghancurkan terus dibiarkan
-
Korupsi dijadikan peternakan
Yang menghasilkan untuk membiayai kekuasaan
Cukong-cukong dipelihara layaknya binatang piaraan
Yang diberikan kelayakan hidup
Untuk turut menghidupi kekuasaan
Rasa kemanusiaan dihilangkan demi kedigjayaan
Kerakusan juga ketamakan..
________________________
Jakarta, 26 Januari 2012
Ajinatha

Persenggamaanku Yang Terakhir



Lama sudah tidak lagi aku lakukan,
ritual-ritual kebiasaan yang bisa membuat aku terhanyut dalam belaian,
merasuk dalam rasa persenggamaan,
sebuah persenggamaan yang tidak biasa.

Aku masih ingat dengan pesan-pesan yang senantiasa melekat dibenakku,
“Kenalilah bahasa alam, seakan engkau melakukan persengamaan,
seperti hal persenggamaanmu dengan manusia,
karena melalui persenggamaan kau akan tahu yang sesungguhnya”

Ya aku masih sangat ingat itu, sudah lama aku tidak lagi bersenggama dengan alam,
alam tidak mungkin bisa aku taklukkan, kalau tidak dengan persenggamaan,
dicumbui layaknya pasangan, alam juga mau dicintai terlebih dahulu,
sebelum engakau taklukkan.

Alam bisa murka ketika engkau nodai, karena alam juga adalah mahluk-Nya sepertimu, ketika alam sudah engkau perkosa, maka bencana akan datang menghampirimu.

Sewaktu aku tidak lagi berkawan dengan alam, hidup merubah jalanku mengikuti tuntunannya, itu Persenggamaan terakhirku dengan alam.

Dialog Para Jenderal




Jenderal..maaf keadaan tidak sesuai dengan yang diharapkan..
Semakin dibodohi ternyata mereka semakin pintar
Bahkan kita yang semakin terlihat bodoh
Atau yang kita lakukan kebodohan
__
Ya karena kita memang semakin bodoh
Dan yang terus kita bodohi selama ini jadi pintar
Lantas..apa rencana selanjutnya..semua harus berubah
Agar kita tidak terlihat begitu bodoh dimata mereka semua..
__
Tidak ada yang bisa kita lakukan jenderal..semua kasus sudah naik
Semua kasus sudah semakin terbuka, isu tak bisa dialihkan
Dan apa yang dilakukan tidak akan mengubah keadaan
Kesalahan tidak lagi bisa ditutupi dengan kesalahan
__
Tapi ya gak mungkin..ditanganku ini kekuasaan..
Dengan ini apa pun bisa aku lakukan…
semudah membalikkan tangan..
Itulah sebuah kekuasaan..
__
Tapi nyatanya tidak bisa jenderal..
Tuhan lebih berkuasa daripada jenederal
Suara rakyat itu adalah suara tuhan jenderal
Doa-doa orang yang dizolimi itu didengar tuhan jenderal
__________

Jakarta, 26 September 2011

Kekuasaan dan Antipati




KEKUASAAN DAN ANTIPATI

Ketika sikap bijak dikalahkan rasa antipati,
tidak saja menolak yang salah,
tapi juga yang dibenarkan,
kehilangan akal budi juga karena rasa antipati.
Mengerdilkan jiwa hanya karena rasa benci,
memupuk dendam mengalahkan kebersihan hati.
____
Sering kali rasa masygul dipelihara,
hanya karena rasa suka dan tidak suka,
memegang kuasa hanya untuk berbuat aniaya,
peraturan dan tanda-tanda hanyalah percuma,
berpihak pada yang disuka dan memilih yang lebih bisa mencari muka,
maka bijaksana hanyalah kata-kata.
____
Rasa antipati tidak saja merusak hati,
tapi juga menguburkan nurani mengurangi rasa simpati,
semua itu hanya demi pemuasan hati dari dendamnya hati,
kebesaran jiwa ada karena sikap bijaksana,
yang mengalahkan semua sipat merasa berkuasa.
____
Celakanya lebih banyak yang merasa berkuasa atas singgasana daripada,
merendahkan diri seakan tidak berkuasa apa-apa,
sedikit punya kuasa tapi banyak yang dikorbankannya,
itulah manusia diatas kekuasaan,
menggunakan wewenang untuk selalu menang.

____________________

Jakarta, 26 September 2011

Salam - Ajinatha

Demokrasi ?… Ke Laut Saja Pergi..


Seorang Pejabat cerita tentang Demokrasi
pada seorang petani miskin
yang masih susah mencari sesuap nasi
Petani cuma menjawab:
Kami tidak peduli apa itu Demokrasi…
kalian saja tidak mengerti ap itu Demokrasi
apa lagi kami…jawab si Petani

Dengan demokrasi kita bisa saling berbagi..
kata si Pejabat…
Apa lagi yang harus kami bagi ?
Makan hari ini saja masih kami cari
kami tidak Peduli dengan demokrasi…
kata petani itu sekali lagi..

Dengan Demokrasi kami akan sejahterkan
hidup rakyat disini…kata Pejabat itu lagi
Kami tetap tidak peduli..
setiap lima tahun sekali
kalian selalu teriakkan demokrasi dan kesejahteraan kami..
tapi setelah itu kalian tidak peduli lagi…

Demokrasi ? kelaut saja pergi…
jangan ganggu kami dengan ocehan Demokrasi

Fakir Fiqir

Lemah fikir
-
sebab fakir ilmu
-
fakir ilmu
-
sempit pula fikir
-
fikir sempit
-
fakirlah hidup
-
hidup fakir
-
lahirkan fakir
-
matipun fakir
-

Jakarta, 29 April 2011

Si fakir berfikir

BULAN JATUH CINTA

Bulan hanya diam
dia sedang jatuh cinta
bulan merindu
yang dia cinta
~~~

Bulan berputar
dalam rasa kasmaran
adakah pungguk juga
yang merindukannya
~~~

Bulan kembali terdiam
hanya diam tanpa rasa
pungguk tak juga
merindukannya
~~~

seharusnya
pungguklah yang merindukan
bulan, bukan bulan
yang merindukan
~~~

Cinta seketika berubah
pungguk tak lagi
menjadi pencinta, karena
bulan terlalu kasmaran
~~~~~~~~~~


Jakarta, 27 April 2011