Pada daerah-daerah rawan konflik seringkali konflik dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan politik. Seperti Aceh dan Papua akhir-akhir ini sering terjadi penembakan “Misterius” terhadap penduduk yang tidak bersalah. Jelas motif penembakan ini bertujuan untuk memancing terjadi Chaos, dan memelihara konflik yang bekepanjangan.
Kalau sudah begitu maka motif penembakan bukan lagi motif ekonomi atau kriminal biasa, seperti yang terjadi di Jakarta, tapi lebih kepada motif politik. Kalau benar motif politik, kepentingan apa yang menjadi tujuannya ? Kalau pada jaman Orde Baru, meletupkan kembali konflik yang sering terjadi lebih kepada tujuan untuk pengalihan isu dan menciptakan ketakutan, dan sudah bisa diduga siapa yang sedang bermain.
Beberapa penembakan yang terjadi dalam hari yang sama antara lain terjadi, penembakan terhadap warga Jerman, Dietmar Dieter (55) yang ditembak di Pantai Base G Jayapura, Selasa 29 Mei 2012, pukul 12.30 WIT. Kemudian, Anton Arung Tambila, guru SD ditembak di Distrik Mulia, Puncak Jaya. Begitu lincah dan ahlinya pelaku penembakan sehingga tidak bisa dilacak dan dianggap misterius.
Penembakan ini jelas dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, dan dilakukan oleh ahli menembak dari jarak yang jauh. Tujuan penembakan ini dapat diduga untuk menciptakan situasi ketakutan bagi masyarkat sekitarnya, efek berikutnya adalah terjadinya situasi chaos. Kalau memang kriminal biasa atau kejahatan berlatar belakang ekonomi, tentunya barang-barang milik korban pun ikut diambil, tapi disini nyatanya tidak demikian.
Lembaga pemantau HAM Imparsial juga menilai motif di balik itu semua bukanlah ekonomi. Melainkan politik. Seperti yang dikatakan Direktur Eksekutif Imparsial,Poengky Indarti pada Vivanews.com:
“Kalau di kota-kota seperti Jakarta penembakan banyak bermotif ekonomi. Tapi di Papua kami menduganya motif politik sangat kuat,”
Begitu juga penembakan yang terjadi di Aceh, kuat diduga target penembakan sama halnya dengan yang terjadi di Papua, karena korban penembakan juga adalah masyarakat biasa yang tidak bermasalah, atau karena berlatar belakang pertikaian. Ada pihak-pihak yang dengan sengaja ingin memelihara konflik, dan memetik keuntungan secara politis kalau sampai terjadi situasi chaos.
Kalaulah benar dugaan-dugaan diatas, sungguh miris kita melihat semua kenyataan ini. Betapa politik memang tidak punya mata, dan yang berpolitik pun tidak lagi memakai mata hati, dan benarlah kalau dikatakan “Dalam politik tidak ada teman yang abadi, yang ada hanyalah Kepentingan yang abadi.” Kepentingan adalah segala-galanya bahkan darah daging pun bisa diabaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar