Rekayasa Suksesi Kepemimpinan Bag.2





Setelah Nabi Daud keluar pergi meninggal kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pwngikut ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Disinilah kita bisa melihat, betapa seorang anak demi kekuasaan bisa saja tidak lagi menganggap ayahnya sebagai orang tua, tapi merupakan lawan politiknya. Begitulah sejatinya politik, kepentingan dan kekuasaan adalah tujuan.

Nabi Daud selama dalam pelariannya, melakukan istikharah dan bermunajat kepada Allah diatas bukit Zaitun, memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar bisa menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keeuntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka. Daud As, tetap saja memikirkan keselamatan negara dan rakyatnya, beliau sangat yakin semua ini terjadi sebagai bentuk ujian yang diberikan Allah kepadanya.

Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud As. mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap putranya, keputusan yang diambil ini tentunya atas petunjuk Allah Swt, lewat istikharah dan munajatnya pada Allah.

Daud As mengirim sepasukan tentara dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya, ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra’il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan, teristimewa tidak sampai mengenai Absyalum. Betapa Daud As tetap saja mengkawatirkan puteranya, sekalipun Absyalum sudah berkhianat dan durhaka terhadapnya. Ia berpesan agar Absyalum bisa diselamatkan jiwanya dan ditangkap secara hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain dari apa yang diinginkan. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.

Daud As menduduki kembali tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem seperti sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra’il selama 40 tahun wafatlah Nabi Daud As dalam usia yang lanjut, maka dinobatkanlah pewarisnya Sulaiman As sebagaimana telah diwasiatkan ayahnya.

Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra’il yang makin meluas dan melebar, Allah telah mendudukkannya baginya mahkluk-makhluk lain, yaitu jin, angin dan burung-burung yang kesemuanya berada dibawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya.

Disamping itu Allah juga meberinya pula suatu karunia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, pembuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jinnya. Begitulah sebuah contoh jika Allah meridhoi sebuah kepemimpinan, Allah akan mudahkan semua kebutuhan bagi suatu negeri, dan Allah akan senantiasa melindungi dan memberikan Rakhmatnya pada negeri tersebut.

Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman As, ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatangpun dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.

Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman As bepergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, Jin dan binatang-binatang lain, menuju kesebuah tempat bernama Asgalan, ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar zeekor semut berkata-kata kepada kawan-kawannya: “Hai semut-semut, masukalah kamu semuanya kedalam sarangmu, agar supaya kanu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya tanpa ia sadari dan senagaja.”

Nabi Sulaiman As, tersenyum mendengar siara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahukan hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjub bahwa binatang pun mengerti, bahwa nabi-nabi Allah tidak mengganggu suatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.

Seorang pemimpin tidaklah akan amanah jika mendapatkan kekuasaannya dengan cara-cara rekayasa dan memaksakan kehendak. Sebaliknya seorang pemimpin yang mendapatkan sebuah kekuasaan yang memang sudah menjadi “Haknya”, maka akan menjadi amanah karena diridhoi-Nya.

Sumber :
http://sunatullah.com/nabi-sulaiman-as/nabi-sulaiman-menjadi-raja.com.

diedit ulang oleh: Ajinatha.

Baca Tanggapan
Back To Top | Aplikasi BlackBerry | Full Site
© 2011 KOMPAS.com. All rights reserved

Tidak ada komentar:

Posting Komentar