Rekayasa Suksesi Kepemimpinan Bag.1


Sebuah jabatan atau kekuasaan yang diperoleh secara rekayasa politik, jarang sekali berhasil dengan baik, dan jarang pemimpin yang memperoleh jabatan seperti itu yang amanah. Saya akan memberikan sebuah illustrasi tentang suksesi kepemimpinan di Kerajaan Bani Israil, di zaman Nabi Daud As. Yang mana situasi dan kondisinya sangat mirip dengan situasi dan kondisi saat ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sejak masih berusia muda Sulaiman telah dipersiapkan oleh Daud untuk menggantikannya menduduki tahta kerajaan Bani Isra’il. Kakak Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkah oleh adiknya. Ia beranggapan bahwa hanya dialah yang seharus menjadi Putra Mahkota, bukan adiknya yang lemah secara fisik dan juga lebih muda usianya serta belum banyak pengalaman hidup seperti dia. Oleh karenanya ia menaruh dendam terhadap ayahnya, yang menurutnya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra’il.

Hanya karena sebuah kekuasaan Absyalum ingin menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, sekalipun dia harus berhadapan dengan ayah kandungnya sendiri. Absyalum berketetapan hati akan memberontak terhadap ayahnya dan akan berjuang mati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya, atau sekalipun adiknya harus ia korbankan demi tujuan tersebut. Betapa syahwat kekuasaan sudah membutakan mata hati Absyalum.

Sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh hari ia sudah mulai melakukan berbagai strategi politik, dengan cara mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada rakayat, menolong menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat serta mempersatukan mereka dibawah pengaruh pimpinannya. Strategi politik seperti inilah yang Juga digunakan para pemimpin dinegeri kita sampai sekarang. Bahkan untuk memperluas pengaruhnya tidak jarang ia nerdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja, dan dia tangani sendiri semua masalah yang seharusnya diselesaikan raja.

Absyalum benar-benar sudah mabuk kekuasaan dan sangat berambisi untuk segera merebutnya, berbagai cara dan rekayasa dia lakukan demi ambisinya. Setelah merasa bahwa pengaruhnya sudah meluas dikalangan rakyat Bani Isra’il dan bahwa ia telah berhasil memikat hati sebagian besar rakyatnya. Absyalum menganggap bahwa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana perampasan kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa.

Segala bentuk provokasi keseluruh masyarakatpun dilakukannya, dan segala bentuk rekayasapun juga terus dilakukannnya. Absyalum membuat sebuah tanda kepada para tim suksesnya, apabila dia meniupkan terompet, maka semua rakyat yang sudah dipengaruhinya segera neekumpul mengerumuninya, kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra’il menggantikan Daud ayahnya.

Singkat cerita, seluruh rakyat direkayasanya untuk membuat huru-hara, meneriakkan pengangkatannya sebagai raja dan memaksa Ayahnya Daud turun dari tahta. Keadaan kota kacau balau disana-sini terjadi perkelahian antara yang pro Absyalum dan yang kontra. Nabi Daud menjadi sedih melihat situasi tersebut yang diakibatkan perbuatan putranya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosi dan menahan diri dari perbuatan yang akan menambah memperparah situasi.

Daud berusaha mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pengikutnya menyeberangi sungai Jordania menuju bukit zaitun.

Bersambung.

Sumber:
http://sunatullah.com/para-nabi/nabi-sulaiman-as/nabi-sulaiman-menjadi-raja.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar