Pamor SBY semakin menurun sejak banyak kasus yang mendera Partai demokrat, dan tidak mampunya dia menuntaskan persoalan hukum dan pemberantasan korupsi, sementara itu Pamor JK semakin naik dimata masyarakat, karena secara objektif masyarakat bisa melihat upaya JK turut serta menyelesaikan persoalan yang dihadapi bangsa saat ini. Bahkan tidak jarang SBY berkonsultasi dengan JK tentang berbagai hal yang sedang dihadapi bangsa ini. Harus diakui ketika SBY berpasangan dengan JK, banyak perubahan yang dilakukan kedua pemimpin ini bagi negara, penyelesaian konflik Aceh yang terutama.
Sikap kenegarawan seorang pemimpin bukanlah sesuatu yang bisa diperlihatkan lewat pencitraan, sikap kenegarawan terlahir dari ketulusan hati berbuat dan implementasinya langsung dirasakan masyarakat hasilnya, dan itu bukanlah pemaksaan prilaku dan narsisme. Sejarah juga sudah mencatat, bagaimana kharisma seorang pemimpin sehingga dia pantas menyandang gelar negarawan seperti yang sudah dilakukan para pemimpin dimasa lalu, berbuat bagi bangsa dan negara semata-mata atas dasar pengabdian, bukan karena ada kepentingan lain yang disisipkan dalam melaksanakan kepentingan negara dan bangsa.
Lihatlah bagaimana JK sekarang ini bisa dinantikan masyarakat kehadirannya, dimanapun dia berkunjung dan dalam setiap undangan masayrakat. Ataukah sikap masayarakat terhadap JK ini adalah bentuk dari kerinduan akan sosok seorang pemimpin yang didambakan, ditengah miskinnya sosok pemimpin yang dapat memberikan tauladan yang baik, inilah yang harus disadari oleh para pemimpin yang sedang berkuasa saat ini, bahwa masyarakat tidaklah menuntut banyak dari seorang pemimpinnya, yang diharapkan hanya kecintaannya pada masyarakat bukanlah sebatas retorika, tapi terefleksi dalam sikap prilaku serta akhlaq yang memang patut ditauladani.
Bukankah sangat menyedihkan kalau kita mendengar Presiden dan Wakil Presiden dalam lawatannya keberbagai daerah, selalu dihadapi dengan penolakan masyarakat, bukankah ini merupakan refleksi dari ketidak sukaan masyarakat terhadap pemimpinnya, tapi berbeda sekali dengan apa yang di terima JK, Jk begitu dinantikan dan diharapkan kehadirannya. Seperti yang saya baca di Kompas.com, Jusuf Kalla ternyata memiliki magnet yang tidak dimiliki pejabat lain, setidaknya oleh para mahasiswa. Tidak hanya buah pemikirannya yang kerap disambut tepuk tangan. Mereka juga berebut untuk berfoto bersama.
Hal itu terjadi saat Kalla datang ke Institut Teknologi Bandung untuk menjadi pembicara dalam Presidential Lecture, Sabtu (20/8/2011). Begitu rampung, dia pun langsung dikerubuti mahasiswa.(Kompas.com)
Apakah memang sosok seperti JK yang menjadi pemimpin ideal dimasa datang ? Mungkin saja tidak, tapi minimal JK sudah memberikan alternatif yang baik sosok pemimpin dimasa datang, yang bisa diharapkan membangun Indonesia yang lebih baik. Kita juga punya calon pemimpin lainnya yang bisa dijadikan Alternatif, mereka masih muda, mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan Indonesia dan mereka relatif masih muda Usianya, memiliki integritas dan rasa nasionalisme yang membanggakan, dan mereka juga cukup dikenal didunia internasional. Mereka ini profesional dalam bidangnya masing-masing, diantaranya adalah Anis Baswedan, seorang tokoh pendidikan yang cukup dikenal dan Sandiaga Uno, seorang tokoh pengusaha muda yang juga cukup dikenal. Tapi sayangnya mereka ini tidak diberikan kesempatan untuk tampil lebih mengemuka.
Memang kedepan ini, untuk menentukan dan memlih seorang pemimpin, banyak aspek yang harus menjadi pertimbangan. Seorang pemimpin yang menang karena diusung oleh sebuah partai politik akan cenderung membela kepentingan partai politik yang mengusungnya, semoga saja paradigma semacam ini tidak lagi di pakai oleh calon pemimpin di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar