Personal Branding dan Personal Image Cagub DKI





Ketika salah satu dari Kandidat Cagub dan Cawagub DKI Jakarta, Jokowi_Ahok muncul dan menjadi perhatian publik, kubu Status Quo banyak yang sinis dan menganggap enteng keberadaan mereka. Sementara Kandidat yang lain memang adalah tokoh-tokoh yang sudah dianggap populer dimasyarakat, dan didukung pula oleh partai-partai yang “Sangat Populer” dimasyarakat. Yang sangat disayangkan, kandidat lainnya meskipun Populer tapi tidak memiliki Personal Branding dan Personal Image.

Sebagai wajah baru, Jokowi_Ahok dengan segala kebersahajaannya namun dengan bekal berbagai prestasi sebagai Kepala Daerah, dan prestasi tersebut diketahui publik bukan hasil rekayasa media, tapi prestasi yang diceritakan masyarakat dari mulut kemulut, dan media mem-publish semua itu kemasyarakat dengan apa adanya, sehingga prestasi tersebut menjadi Personal Branding kedua Tokoh ini. Masyarakat menangkap pemberitaan tersebut secara positif, sehingga masyarakat menentukan Inilah Pemimpin yang sesuai dengan harapan.

Dengan mengadobsi cara berpolitik Santunnya partai Demokrat (padahal Cagub yang dicalonkan Demokrat sendiri tidak berpolitik secara santun), Jokowi_Ahok terus mensosialisasikan diri, serta visi mereka yang cukup rasional dan tidak mengada-ada juga tidak berlebih-lebihan, dengan melalkukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat yang terpinggirkan, bukan melalui partai politik. Dengan cara itu pulalah Personal Image kedua tokoh ini terbangun. Bahwa pada akhirnya masyarakat memilih dan memenangkan mereka itu tidaklah salah.

Tidak pernah membangun konflik dengan Cagub yang lainnya sekalipun diserang dengan berbagai isu negatif, dan tidak membalas serangan dengan cara negatif pula. Sikap seperti inilah yang semakin menambah simpati masyarakat pada kedua tokoh ini, sementara Foke_Nara yang berpeluang sangat besar untuk meraih kemenangan malah kehilangan simpati masyarakat, yang mengakibatkan Personal Image nya semakin buruk, ditambah lagi secara terus menerus membangun image negatif lawan-lawannya, inilah yang tambah memperburuk image Foke_Nara.

Di putaran kedua, sepertinya Foke_Nara tidak berusaha memperbaik Personal Image nya, lebih kalap menghadapi kekalahan sehingga melakukan serangan secara negatif terhadap Jokowi_Ahok, sementara Jokowi_Ahok dengan segala kerendahan hatinya sekali pun sudah menang, tetap melawan serangan tersebut dengan segala kebersahajaannya, tidak pernah takut kehilangan dukungan karena berbagai isu negatif tersebut. Sikap seperti ini semakin menambah simpati masyarakat, karena semakin seseorang terdzolimi, maka semakin terangkat personal image nya. Sementara kubu penyerang malah akan semakin kehilangan simpati masyarakat.

Inilah kelebihan-kelebihan Jokowi_Ahok dibandingkan rivalnya Foke_Nara yang begitu berambisi meraih kemenangan dengan cara merusak image Jokowi_Ahok. Padahal semestinya diputaran kedua ini adalah saatnya Foke_Nara kembali membangun simpati masyarakat yang sudah hilang di putaran pertama, alih-alih membangun simpati malah merusak citranya sendiri dengan membuka borok lawan yang belum tentu bisa terbukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar