Mencari "Seorang Presiden"



Urusan mencari figur Seorang Presiden memang adalah menjadi sesuatu yang sangat penting, ketika sosok figur yang sesuai dengan persefsi ideal yang memenuhi kriteria umum semakin sulit ditemukan, meskipun semua kriteria itu sangat relatif. Hal ini menjadi penting dikarenakan Partai Politik tidak berfungsi dalam melakukan regenerasi kepemimpinan, sehingga kader Politik yang mumpuni, yang memenuhi harapan tidak muncul kepermukaan, akibatnya dalam suksesi kepemimpinan yang muncul masih muka-muka lama.

Akan menjadi tidak sulit kalau saja Partai Politik Lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara ketimbang kepentingan Politik Partai. Pada realitas yang ada, kepentingan partai diatas kepentingan bangsa dan negara, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat terabaikan begitu saja. Mungkin pemikiran seperti ini bisa dianggap Naif, atau bahkan kuno, meskipun sejatinya memang harus demikian keharusan berpikirnya.

Dalam situasi seperti sekarang ini sangat dituntut kecerdasan dan kepekaan intuisi untuk melihat secara cerdas, dari semua figur yang muncul sebagai Capres, mana diantaranya yang benar-benar ingin memperbaiki keadaan dan mana yang cuma berambisi untuk berkuasa. Rekam Jejak seorang Capres pun menjadi sangat penting diketahui, apakah dia tipikal pemimpin yang baik atau menjadi baik ketika setelah men-capreskan diri.

Untuk menilai seseorang itu baik atau tidaknya tidaklah didasarkan kedekatan persoanal, tapi lebih kepada penilaian baik dalam takaran universal, yang memenuhi standar baik secara moral maupun emosional. Dari rekam jejaknya tentu kita bisa mengambil penilaian yang objektif, yang bukan didasarkan oleh rasa suka yang bersifat emosional.

Mencari figur seorang Presiden bukanlah dinilai pintarnya dia berpidato, pintarnya dia berdebat, tapi seberapa hebat dia mau berpikir dan bekerja demi untuk kepentingan rakyat. Dinegeri ini sudah sangat banyak orang yang pandai berpidato dan berdebat, sehingga mereka lupa bagaimana seharusnya bekerja untuk kepentingan rakyat, kita jangan terlena dengan berbagai kemasan, cukuplah Selama ini kita sudah ditipu oleh berbagai kemasan, sejarah harus dijadikan pelajaran agar kita tidak lagi mengulangi kesalahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar