Inilah Penyakit Sosial Pasca Pilpres 2014



Pasca Pilpres 2014 proses interaksi dimedia sosial begitu sensitif, hubungan persahabatan banyak yang merenggang hanya karena beda pilihan, begitu juga hubungan persaudaraan. Salah bikin status bisa diserang komentar yang tidak menyenangkan, padahal komentar yang diberikan sama sekali tidak nyambung dengan status yang diposting, adakah hal ini disebabkan oleh gangguan pencernaan..(eh maaf salah gangguan kejiwaan maksud saya).

Jelas ini bukanlah situasi yang sangat kita harapkan, meski pun Pilpres sudah berlangsung kurang lebih satu tahun, namun situasi tersebut masih terus terasa sampai sekarang. Pernyataan yang sangat asumtif berdasarkan reaksi dari sebuah pemberitaan pun terkadang terasa dipelintir hanya sekedar untuk memancing respon perbedebatan yang tidak produktif, bahkan terkadang meruncing menjadi sebuah perselisihan.

Situasi seperti ini bukanlah sebuah situasi yang normal, bukanlah sesuatu yang sehat, kalau hal seperti ini terus terpelihara, maka akan mudah dimanfaatkan pihak ketiga untuk memecah belah persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Meningkatnya sentimen negatif antar masyarakat yang berseberangan dalam pilihan selama Pilpres, menjadi sumber utama gesekan, kalau hal ini tidak diantisipasi, maka benar-benar akan terpecah belah.

Padahal dalam berdemokrasi berbeda pendapat dan pilihan itu adalah hal yang biasa, janganlah perbedaan tersebut tidak bisa diterima dengan kebesaran jiwa. Yang lebih tidak masuk akal dari situasi tersebut adalah, membesar-besarkan hal yang kecil semata untuk memancing berbagai perdebatan, dari perdebatan tersebut pun tidak satu pun yang diuntungkan, yang ada hanya mempertajam permusuhan.

Berbagai bencana yang terjadi bukannya disikapi dan diatasi secara bersama-sama, tapi malah dijadikan alat untuk menjatuhkan lawan. Semakin bertambah umur negara ini tidak serta merta membuat bangsa ini dewasa dalam berpikir, bahkan malah semakin picik dalam melihat berbagai keadaan, tidaklah salah kalau Bung Karno pernah mengatakan ;

"Perjuanganku tidaklah sulit, karena hanya mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit, karena menghadapi bangsa sendiri"

Apa yang dikatakan Bung Karno tersebut sudah diperkirakannya terlebih dahulu, beliau mengatakan hal itu tentu ada dasarnya, dia sudah melihat gejala perpecahan itu sudah jauh sebelum menjelang ajalnya. Apakah kita rela Persatuan dan Kesatuan Bangsa ini terpecah belah hanya karena berbagai perbedaan,? Padahal Bung Karno mempersatukan bangsa ini justeru karena berbagai perbedaan. 

Semoga saja kita mau menghargai jerih payah para pendiri bangsa ini yang sudah mempersatukan kita dari berbagai suku dan bahasa, dari berbagai pandangan dan warna kulit, sehingga mnjadi bangsa yang bersatu dan berdaulat dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, biar berbeda-beda namun tetap satu.

Ketua MPR Zulkifli Hasan "Lebay"

Sumber foto : Merdeka.com


Yang benar aja hanya karena Presiden Jokowi salah menyebutkan tempat kelahiran Bung Karno, dan kesalahan tersebut dianggap sebagai kesalahan yang Tak Termaafkan, memangnya seberapa besar dosa yang sudah dilakukan Presiden Jokowi. Tuhan saja Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengampun, masih bisa menerima Taubat Ummatnya, lah ini kita sama-sama manusia dan sama-sama memiliki peluang untuk melakukan kesalahan tidak bisa menerima permintaan maaf.

 Apa yang terkandung dalam ucapan Ketua MPR tersebut, apakah karena sekarang sudah merangkap menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), sehingga bahasa yang dipakai bukan lagi bahasa seorang Negarawan, tapi bahasa seorang politisi yang penuh dengan ambisi, ucapan tersebut bisa saja ditafsirkan secara miring, bahwa karena tak termaafkan maka Presiden Jokowi layak untuk dimakzulka, bukan begitu Pak Zulkifli Hasan.?
 
Apa yang bapak tahu tentang kelahiran Bung Karno itu sebenarnya, siapa yang paling tahu tentang riwayat kelahiran Bung Karno tersebut, saya pastikan tidak ada sekarang ini, karena memang sejak Orde Baru sampai sekarang tempat kelahiran Bung Karno itu sendiri masih simpang siur, lantas apa kepentingan Bapak selaku ketua MPR mengeluarkan statement seperti itu, kepentingan apa yang tersirat dari ucapan tersebut, jangan Lebay pak Zulkifli Hasan, mencari kesalahan orang lain itu mudah, ada saatnya nanti kesalahan kita pun terbuka secara terang benderang.

 Saya malah berpikir, seharusnya sebagai ketua MPR, Pak Zulkifli Hasan ikut mencairkan polemik yang tidak sehat tersebut, bukan malah turut menyulut api untuk membakar menjadi habis, jangan tempatkan posisi bapak sebagai Ketua Umum Partai dalam posisi bapak sedang menjalankan Tugas sebagai Ketua MPR, karena bahasa yang bapak pergunakan akan sangat berbeda saat bicara dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Partai, dengan saat bapak sebagai Ketua MPR, jika tidak menyadari akan hal ini maka yang tersirat adalah kepentingan yang bersifat politis.

 Dalam situasi yang kurang menguntungkan bagi rakyat sekarang ini, ada baiknya para pejabat negara lebih bisa memelihara hatinya, tahu kapan bersikap sebagai seorang negarawan dan kapan pula harus bersikap sebagai pesuruh Partai, sebagai pesuruh partai boleh saja bersiasat untuk kepentingan partai, tapi dalam kapasitas sebagai pejabat negara, ya harus mampu memperlihatkan kepada rakyat pengabdiannya untuk bangsa dan negara.

 Tidaklah elok hanya kesalahan dalam menyebutkan nama tempat kelahiran Bung Karno, Presiden Jokowi disudutkan semua pihak, sementara kesalahan tersebut adalah merupakan warisan kesalahan sejarah yang tidak pernah tuntas diselesaikan, dan kesalahan sejarah adalah tanggung jawab dan kewajiban kita bersama untuk meluruskannya.

Sumber berita : http://m.merdeka.com/peristiwa/ketua-mpr-kesalahan-jokowi-soal-kelahiran-soekarno-tak-termaafkan.html

Cara Bergabung di Tsu, Media Sosial Baru yang Membayar Pengguna


CARA BERGABUNG dengan TSU 
( Medsos Baru yang Membayar Penggunanya) Pesaing FB Yang Sedang Booming 

Sebelum bagaimana mengetahui caranya bergabung bersama tsu, mungkin sedikit perlu saya jelaskan sedikit mengenai medos baru ini. Tentu bagi yang baru tau, agar bisa ada gambaran sebelum memutuskan untuk ikut bergabung.

Sesuai namanya, Tsu-Memang bak gelombang tsunami.
Belum ada satu tahun terakhir,tsu diluncurkan, bernama Tsu . Para pengamat mengatakan, Medsos ini sudah menjadi tantangan terberat bagi managament Facebook dan Twitter yang selama ini hanya menikmati keuntungan bisnisnya tanpa berbagi dengan penggunanya.

Yang baru dan selama ini tidak dimiliki oleh Medos pendahulunya adalah, keberanian management TSU yg mengambil keputusan untuk membagi keuntungan bisnisnya dengan penggunanya, dengan perhitungan yang ditentukan. Management tsu hanya mengambil keuntungan 10 persen saja dan 90 persen sisanya didedikasikan untuk pengguna sebagai sebuah komitmen provit sharingnya. Luar biasa ini memang.

Di Indonesia masih cukup baru, saya sendiri belum lama bergabung di TSU atas rekomendasi seorang teman. Kendati demikian jumlah penggunanya sudah lebih dari 5 juta orang di Tanah Air ini. Berbeda dengan sejumlah negara tetangga, yang pengguna Tsu bergelombang bak tsunami atas migrasi dari FB dan Twt serta medos lainnya. Sejumlah Bintang Hollywood dan India sudah menyatakan kebanggaannya dengan tsu ini. 

Untuk penggunaan maupun pendaftaran di Tsu sama dengan Sosial Media lainnya yakni sama geratisnya. Bedanya jika Twitter, Facebook, Instagram dan lainnya menikmati keuntungan perusahaan dari iklan yang tampil menjadi milik perusahaan sendiri, namun pada media sosial Tsu pendapatan yang didapatkan dari sponsor maupun partner dibagikan kepada pengguna mereka sampai dengan 90%.

Untuk mendapatkan pembagian keuntungan dari Tsu cukup mudah, hanya dengan update status, upload foto, berkomentar maupun mengundang teman untuk ikut menggunakan Tsu. Anda hanya disuruh update status sebanyak-banyaknya.

CARA BERGABUNG

Hal Penting: Mendaftar di Tsu tidak bisa mandiri, harus berdasarkan rekomendasi dari orang lain. Atau bisa lewat link berikut ini : 

https://www.tsu.co/ajinatha

Dengan mengklik akun tersebut, anda bisa mendaftar di tsu, jadi tidak bisa langsung di http://www.tsu.co . Oke melalui tulsian ini sebagai berita gembira dengan ihlas hati saya sudah merekomendasikan anda untuk bergabung melalui akun tsu tsb secara geratis, dengan senang hati.

Good Luck.
Selamat Melebarkan Sayap

CATATAN : https://www.tsu.co/ajinatha, sebaiknya ganti dengan akun tsu milik anda sendiri. thx.

SMS itu Hampir Membunuhku

Sumber foto :uniqpost.com



Sejak ada telepon seluler (HP), komunikasi pun terasa semakin lancar, apalagi dengan adanya fasilitas Blackberry Messengger (BBM), sehingga komunikasi secara bertelepon langsung pun agak berkurang kalau tidaklah terlalu penting. Namun harus juga tahu tempat dan waktu saat ber-SMS dan BBM-an.

Larangan menggunakan HP saat mengendarai kendaraan adalah bentuk dari upaya menghindari bahaya dari kecelakaan, apa lagi saat mengendarai motor. Banyak kecelakaan terjadi karena karena pengendara motor ber-SMS-an saat mengendarai, bahkan juga dialami oleh pengendara mobil.

Saya punya pengalaman hampir celaka gara-gara ber-SMS-an, saat sedang melintas di jalan Tol Jagorawi tiba-tiba HP dikantong celana bergetar, secara reflek saya mencoba untuk merogoh kantong yang agak sempit, apa lagi saat itu saya sedang melintas di jalur kiri, jadi kecepatannya pun tidaklah kencang. Begitu sedang membaca SMS yang masuk, saya tidak sadar kalau jarak mobil saya sudah hampir dekat dengan Truk, saya langsung injak rem dan memarkirkan kebahu kiri jalan.

Sejak kejadian itu kalau sedang menyetir saya tidak pernah lagi mau menggunakan HP, baik untuk bertelepon mau pun SMS-an, pengalaman itu betul-betul membuat saya trauma menggunakan HP saat menyetir mobil, bahkan terhadap sopir pun saya peringatkan agar tidak menerima telepon saat mengendarai mobil.

Banyak sekali dampak buruknya menggunakan HP saat mengendarai kendaraan, orang lain juga terganggu, karena saat menggunakan HP sambil mengendarai, otomatis kita akan menguragi kecepatan, dengan demikian kendaraan yang ada dibelakang kita pun ikut mengurangi kecepatannya, apa lagi hal itu jika terjadi dijalur cepat. Masih banyak kita jumpai orang-orang yang menggunakan HP sambil mengendarai kendaraan, bahkan dengan sangat cueknya, seakan-akan jalan raya itu adalah miliknya pribadi.

Berikut ini ada beberapa Tips yang mungkin bisa bermanfaat:
- Letakkan selalu ponsel di tempat yang mudah dijangkau.
- Saat berkendara motor atau mobil, hentikan dulu jika ada pesan masuk yang dirasa memang penting. Jangan sekali-sekali menganggap remeh aktivitas berkendara, sehingga bisa diselingi membaca dan mengirim pesan, sebab sangat berbahaya bagi anda sendiri maupun pengguna jalan lain.
- Matikan ponsel saat sedang melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian penuh. Tidak jarang banyak kecelakaan terjadi akibat seseorang terganggu konsentrasinya sambil menggunakan HP.
- Lebih baik matikan ponsel. Saat kita sedang mengendarai kendaraan, atau di Silent nada deringnya agar tidak mengganggu konsentrasi saat mengendara.

"Kepadamu Malala Yousafzai"

Sumber foto : returnofking.com




Engkau matahari masa depan Pakistan
engkau pewaris keberanian Bhuto
diusia yang masih muda
bukan hanya Taliban yang terpana
Seluruh penjuru dunia pun membuka mata
.
Betapa perjuanganmu tidak semata untuk anak-anak Pakistan
pun untuk anak-anak yang kehilangan hak
tuk mendapatkan pendidikan disantero dunia
lantang sekali pidato-pidatomu
bicaramu sangat dewasa, juga pikiran-pikiranmu
.
Aku yang tua merasa kalah dewasa
karena engkau berpikir bukan untukmu
engkau memikirkan nasib kaummu
juga nasib negara dan bangsamu
yang sudah dikacaukan keegoan para Taliban
.
Aku malu padamu malala
karena diusia yang tua, aku belum berbuat apa-apa
penindasan hak, bagimu adalah cambuk
yang menghentakkan suaramu agar didengar dunia
Kini dunia ingin merengkuhmu
karena engkau anak titipan masa depan
.
Sungguh aku meyakini
engkau adalah matahari masadepan
tidak hanya bagi rakyat Pakistan
engkau tumpuan harapan
bagi bangsa yang kehilangan masadepan
.
Lantang suaramu akan menerobos segala penghalang
betapa Taliban pun akan tunggang langgang
Malala Yousafzai..adalah matahari
adalah pohon-pohon yang akan meneduhkan
adalah segara yang akan senantiasa memberikan
kesejukan bagi rakyat pakistan..
……
Jakarta, Ramadhan 2013
Salam Perjuangan dan Kemerdekaan

"jihad"

14124983461758945130

“JIHAD”


Seorang laki-laki muda tuna karya yang sudah berkeluarga, dia menjadi seorang suami dan ayah dari dua anaknya, gundah gulana dalam keseharian tanpa pekerjaan. Bisa dibilang belum siap untuk berkeluarga, tapi Tuhan menitipkan keturunan sebagai pertanda Tuhan tahu kalau dia punya kemampuan, dalam kesehariannya diisi dengan mengaji disebuah perguruan, tapi sayangnya pengajian yang diikutinya tidaklah semakin mempertebal keyakinannya akan kekuasaan dan kebeseran Tuhan, dia hanya mengerti tentang hal yang haram dan yang halal, yang kafir dan yang beriman.
Puncak dari segala kegalauannya dia memutuskan ingin pergi berjihad ke Afganistan, yang dia tahu dengan berjihad untuk membela kepentingan agama dia akan mati syahid, dan menjadi seorang suhada. Itulah segelintir pengetahuan yang tertanam dalam benaknya, padahal amanat Allah swt yang dipikulkan dipundaknya berupa Isteri dan dua anak, adalah juga kehidupan yang sangat perlu dia perjuangkannya tanpa perlu mengabaikan kepentingan lain yang sama pentingnya untuk diperjuangkan.
Sebut saja namanya Kasbul, sosok yang sangat berpenampilan alim dan sangat pendiam, yang kurang senang berbagi masalah dengan orang lain, sehingga membuatnya menjadi pribadi yang sangat tertutup. Suatu hari dia mengemukan niatnya tersebut kepada isterinya,
“Buk..aku mau berangkat ke afganistan..aku ingin berjuang dijalan Allah swt..demi agama yang aku cintai..”
“Aku sih senang kalau bapak mau berjuang membela agama Allah..tapi nasib aku dan anak-anak siapa yang pikirkan pak…”
“Ibu gak usah kuatir..biarlah itu menjadi tanggung jawab Allah..bukankah dia Maha Tahu dan Maha Melihat..”
“Ya gak bisa begitu pak..justeru Allah itu maha Tahu kalau bapak itu sebetulnya mampu menghidupi aku dan anak-anak..kalau gak begitu gak mungkin Allah berikan kita anak-anak..”
Pertengkaran suami isteri tersebut tidak menemui penyelesaiannya, dan peretengkaran itu akhirnya mengundang pertanyaan ayah Kasbul,
“Ada apa ini ribut-ribut Kasbul…”
“Ini pak..isteriku tidak mengijinkan aku untuk berjihad dijalan Allah ke Afganistan..”
“Alasan dia tidak mengijinkan apa..”
“Ya katanya kalau aku ke Afganistan hidup dia dan anak-anak siapa yang menanggung..”
“Benar itu isteri kamu..karena isteri kamu dan anak-anak adalah tanggung jawabmu..bukan tanggung jawab ayah atau orang lain..sekarang ayah mau tanya..kamu mau berjihad itu karena ingin melarikan diri dari tanggung jawab keluarga atau memang ingin berjihad di Jalan Allah..”
“Ya jelas ingin berjihad dijalan Allah..masak ingin melarikan diri dari tanggung jawab keluarga..”
“Baiklah…kalau kamu benar-benar ingin berjihad dijalan Allah mulai besok kamu cari pekerjaan..apa pun pekerjaannya yang penting kamu bekerja untuk menghidupi isteri dan anak-anakmu..setahu ayah itu sama nilainya dengan kamu jihad ke afganistan..”
“Tapi yah…aku bisa bekerja apa dengan situasi sekarang ini..”
“Apa pun bul…yang penting halal..niat semata karena ingin mengemban amanah Allah yang sudah dititipkannya..mungkin kamu bisa menjadi guru mengaji..atau juga mendidik anak-anak kampung yang kurang beruntung..Insha Allah dilapangkan dan dimudahkan-Nya usaha kamu..dan itulah amal yang lebih bermanfaat..”
Jawaban ayahnya sangat menohok hati kasbul..dia merasa ayahnya tahu kalau niatnya berjihad ke Afganistan hanyalah lahir dari segala kebuntuan pikiran dan beban serta tanggung jawab yang sedang dihadapinya, sehingga semua kebuntuan tersebut menginspirasikannya untuk lari dari tanggung jawab dan Amanah Allah swt yang sudah dititipkan kepadanya, hanya saja dia tidak frustasi lalu bunuh diri..dia pikir mati di Afganistan dengan situasi seperti itu dia akan menjadi Syuhada..dan lebih terhormat dari pada bunuh diri.
Photo illustrasi sumber : www.frontpagemag.com

"Hukum dimata Tuan"

illustrasi : rotualilis.blogspot.com


"HUKUM DIMATA TUAN"
Hukum bagi Tuan seperti mainan
hari ini Tuan katakan hukum Tajam kebawah
Tumpul keatas..
Kemarin Tuan mati-matian mencampuri hukum
agar tumpul keatas..agar anak tuan tidak menjadi terdakwa..
Tuan katakan tidak ada diskriminasi hukum
hukum berlaku untuk semua...tapi tidak berlaku bagi anak Tuan
Hukum dimata Tuan seperti mainan
ketika ada keinginan Tuan menebar berbagai rayuan
menebar berbagai keberpihakan bagi rakyat
setelahnya Tuan lupa..
Tuan menjadi lupa karena ingin berkuasa
Tuan tidak ingat dosa karena Tuan sedang berkuasa
Dimimbar..Tuan seketika seakan Malaikat penolong
yang akan menyelematkan bangsa..
tapi Tuan lupa..kalau rakyat selalu ingat dosa-dosa Tuan..
Jakarta, Juni 2014

Mencari "Seorang Presiden"



Urusan mencari figur Seorang Presiden memang adalah menjadi sesuatu yang sangat penting, ketika sosok figur yang sesuai dengan persefsi ideal yang memenuhi kriteria umum semakin sulit ditemukan, meskipun semua kriteria itu sangat relatif. Hal ini menjadi penting dikarenakan Partai Politik tidak berfungsi dalam melakukan regenerasi kepemimpinan, sehingga kader Politik yang mumpuni, yang memenuhi harapan tidak muncul kepermukaan, akibatnya dalam suksesi kepemimpinan yang muncul masih muka-muka lama.

Akan menjadi tidak sulit kalau saja Partai Politik Lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara ketimbang kepentingan Politik Partai. Pada realitas yang ada, kepentingan partai diatas kepentingan bangsa dan negara, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat terabaikan begitu saja. Mungkin pemikiran seperti ini bisa dianggap Naif, atau bahkan kuno, meskipun sejatinya memang harus demikian keharusan berpikirnya.

Dalam situasi seperti sekarang ini sangat dituntut kecerdasan dan kepekaan intuisi untuk melihat secara cerdas, dari semua figur yang muncul sebagai Capres, mana diantaranya yang benar-benar ingin memperbaiki keadaan dan mana yang cuma berambisi untuk berkuasa. Rekam Jejak seorang Capres pun menjadi sangat penting diketahui, apakah dia tipikal pemimpin yang baik atau menjadi baik ketika setelah men-capreskan diri.

Untuk menilai seseorang itu baik atau tidaknya tidaklah didasarkan kedekatan persoanal, tapi lebih kepada penilaian baik dalam takaran universal, yang memenuhi standar baik secara moral maupun emosional. Dari rekam jejaknya tentu kita bisa mengambil penilaian yang objektif, yang bukan didasarkan oleh rasa suka yang bersifat emosional.

Mencari figur seorang Presiden bukanlah dinilai pintarnya dia berpidato, pintarnya dia berdebat, tapi seberapa hebat dia mau berpikir dan bekerja demi untuk kepentingan rakyat. Dinegeri ini sudah sangat banyak orang yang pandai berpidato dan berdebat, sehingga mereka lupa bagaimana seharusnya bekerja untuk kepentingan rakyat, kita jangan terlena dengan berbagai kemasan, cukuplah Selama ini kita sudah ditipu oleh berbagai kemasan, sejarah harus dijadikan pelajaran agar kita tidak lagi mengulangi kesalahan.


Megawati Sudah Habis Masanya

foto : Tribunews.com


Megawati harus mengubur ambisinya untuk menjadi Presiden RI yang kedua kali, niat itu harus segera ia urungkan. Megawati harus pandai melihat arah angin, sekarang ini masa bagi Megawati itu sudah habis, sudah bisa diprediksi jika PDI-P tetap mencalonkan Megawati jadi Presiden pada Pemilu 2014 nanti, meski pun dipasangkan dengan Jokowi, maka itu artinya Megawati semakin membuka peluang bagi lawan politiknya untuk menang.

Kalau pun PDI-P tidak jadi mengusung Jokowi untuk menjadi Presiden, itu bukan berarti Megawati yang harus dicalonkan. Sebaiknya Megawati memfokuskan diri untuk membuat regenerasi kepemimpinan, selama ini sudah terbukti PDI-P mampu menyiapan pemimpin yang berkualitas, jujur dan bersih dari kasus korupsi, seperti misalnya Jokowi, Tri Rismaharini dan Ganjar Pranowo.

Ilustrasi/ Admin (Politicawave.com)


Boleh jadi Pemilu 2014 ini bukanlah milik PDI-P, tapi dapat dipastikan pada Pemilu 2019 akan menjadi milik PDI-P, karena PDI-P sudah mempunyai Tiga Jagoan tersebut yang bisa diunggulkan untuk menempati posisi RI 1 dan RI 2. Alangkah bijaksananya jika Megawati justeru berupaya untuk menyokong Prabowo dalam Pemilu 2014, dengan sebuah kesepakatan tentunya, bahwa Prabowo hanya memimpin untuk satu periode.
Kalau seandainya PDI-P tetap ngotot mencalonkan Megawati sebagai Presiden, maka PDI-P akan kehilangan simpati dari para pendukung Jokowi, dan hal ini akan berimbas pada turunnya kepercayaan publik terhadap PDI-P, dan juga akan berakibat besar pada dukungan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta.

Sangat bisa dimengerti kenapa PDI-P tidak buru-buru mengeluarkan pernyataan tentang siapa yanh akan dicalonkan PDI-P pada Pemilu 2014 ini, untuk sebuah strategi itu sah saja. Memang sangat dikhawatirkan jika Capres PDI-P segera diumumkan malah akan menjadi sasaran tembak lawan politiknya. Lihat saja, padahal Jokowi belumlah dinyatakan sebagai Capres PDI-P, serangan bertubi-tubi sudah dihadapi Jokowi.

Kalau seandainya PDI-P tetap berambisi untuk memenangkan Pemilu 2014, dan juga merebut kursi RI 1, PDI-P harus mencalonkan Jokowi bukanlah Megawati, sekali lagi saya katakan Megawati sudah habis masanya, Megawati mendingan anteng-anteng saja menjadi Ketua Umum PDI-Perjuangan, sambil terus menyiapkan penggantinya. 
Memberikan peluang kepada generasi penerus jauh lebih baik dari pada terus mempertahankan kekuasaan politik yang menciptakan Hirarki Dinasti.

Megawati sudah pernah membuktikan bahwa Trah Soekarno ada yang menjadi Presiden, meski pun kepemimpinannya tidaklah seperti Soekarno, karena harus diakui meakipun Megawati anak Soekarno, tapi Megawati tetaplah Megawati yang tidak bisa melebihi kepemimpinan Soekarno, jangankan melebihi, untuk setara dengan kepemimpinan Soekarno pun Megawati belum bisa. Jadi Megawti harus ikhlas kali ini mengubur ambisinya untuk menjadi Preaiden RI untuk yang kedua kali.