Bung Karno dalam Kebersahajaannya [Foto Eksklusif]


Jadi presiden nggak harus selalu melakukan hal-hal yg luar biasa…. justru kebesaran Bung Karno karena hanya melakukan hal-hal yang biasa….

lihatlah beberapa aktivitas Bung Karno dalam beberapa foto dibawah ini :
13463009411042182903
Foto koleksi Handogo Soekarno
13463010491393442934
Foto Koleksi Handogo Soekarno
Peristiwa diatas tentunya bukanlah sebuah kegiatan dalam rangka pencitraan, tapi sebuah aktivitas biasa yang sering dilakukan Bung Karno.
13463012131116802209
Foto koleksi Handogo Soekarno
Bung Karno bercengkrama dengan anak-anak Indonesia, semua terlihat natural tanpa ada rekayasa dan bukan dalam rangka pencitraan…
1346301352328378518
Foto koleksi Handogo Soekarno
1346301448550906395
foto Koleksi handogo Soekarno

13463016332140220700
Foto koleksi handogo Soekarno
Memang menjadi presiden tidak perlu selalu melakukan hal-hal yang luar biasa, kadang-kdang hal-hal yang biasa kalau dilakukan tanpa rekayasa, justeru akan terlihat luar biasa.
****
PINTAR saja TIDAK CUKUP…. dalam masa kekuasaannya yang relatip pendek (periode 5 th), seorang pemimpin dituntut pengorbanannya utk melakukan perubahan2 yg nyata bagi negara & bangsanya…
****
Semua foto diatas diambil dari : http://www.facebook.com/groups/11019138103/

Cinta Seorang Politisi pada Pelacur Jalanan [Episode 1]


Mempunyai jabatan yang terhormat, namun sehari-hari tidak bergaya layaknya orang-orang terhormat, tapi memang setiap orang punya cara pandang yang berbeda dalam melihat kehidupan, Grasto Brendaleto seorang politisi, anggota parlemen, ganteng dan masih lajang, umur 35 tahun. bagi Grasto jabatan tidak perlu merubah gaya hidup, tetap nyleneh, bergaul dengan siapa saja dan tidak mesti setiap hari menghabiskan waktu di gedung parlemen.

Grasto ingin mempersunting kekasihnya Runi, seorang pelacur jalanan yang dia kenal sewaktu dia jalan-jalan disekitar melawai, sehabis mengahadiri rapat paripurna, dia melihat Runi yang cantik berdiri dipinggir jalan sedang mencari pelanggannya.

Sebuah Restoran Mewah dipinggir Dermaga

“Runi..aku mau menikahi kamu…kamu mau.. ya..?

“Jangan mimpi mas….kamu masih bisa cari orang yang lebih terhormat dari aku…”

“Aku tidak mencari wanita yang terhormat dimata orang lain Runi….”

“Aku ini cuma pelacur jalananan mas…mana pantas mendampingi anggota parlemen…
otakku nggak nyampe mas…aku gak mampu berada dilingkungan seperti itu…”

“Aku butuh alasannya Runi…bukan jawaban aja…apa bedanya aku sama kamu…jabatanku bukanlah kehormatanku…sama seperti halnya kamu Runi….”

“Tapi mas…siapa yang mendampingi kamu itu akan mempengaruhi jabatan kamu…”

“Maka dari itulah aku butuh kamu yang mendampingi aku runi….kamu akan jadi perempuan yang hebat nantinya…Dewi Soekarno aja bisa jadi wanita terhormat, begitu diperisteri Soekarno…”

Seruni hanya terdiam membisu, dia kehilangan kata-kata, jauh dilubuk hatinya dia sangat ingin dipersunting Grasto, menjadi wanita terhormat, tidak lagi menjajakan diri dijalanan, tapi ada keraguan yang menyelinap diantara keinginannya.

Memang semenjak kenal dengan Grasto, seruni tidak lagi menjajakan diri, Seruni tinggal disebuah perumahan yang cukup bergengsi, sementara Grasto tinggal di perumahan anggota parlemen, mereka tidak lagi melakukan hubungan layaknya seorang pelacur dan pelanggannya, Grasto memperlakukan Seruni layaknya perempuan yang terhormat.

Rumah Seruni-Ruang Tamu

Seruni duduk dipangkuan Grasto dengan manja, membelai rambut Grasto dengan penuh kasih sayang, Grasto hanya tersenyum…dia begitu nyaman ada didekat Seruni.

“Mas…dirumah ini hanya kita berdua…rumah ini adalah juga rumahmu…yang hanya sekedar aku tempati…kenapa kamu tidak lakukan apa yang kamu suka…”

“Maksud kamu apa Runi…aku harus melakukan apa…aku harus meniduri kamu, karena kamu adalah perempuan simpananku…begitu  ?

“Ya bukannya begitu biasanya yang laki-laki lakukan…”

“Kitakan sudah lama seperti ini runi…bagi aku itu bukanlah sebuah keharusan…aku sangat menghormati kamu…aku gak mau kamu punya pikiran, kalo aku sudah membeli kamu…teruslah mengenalaku Runi…”

Mata Seruni mulai berkaca-kaca…dengan lembut dan penuh kasih sayang, Grasto terus meyakinkan Seruni, bahwa dia memang mencintai dan menghormati Seruni, bukan hanya sekedar merasa memiliki.

Mereka kembali terdiam dalam kebisuan, hanya mata yang saling menatap penuh kasih sayang, sangat  terasa kalau grasto memang sedang memperlakukan Seruni layak pujaannya, sebuah romantisme yang dewasa tanpa dibumbui nafsu untuk saling menguasai, menjajaki dengan saling pengertian untuk satu tujuan pernikahan yang abadi.

Bersambung ke episode 2

3 Cinta, Kiat Sukses Wirausaha Ala Habibie





“Bayangkan, dalam 10 tahun setelah menikah, saya bisa membeli rumah dengan halaman seluas 10 hektare. Tiga tahun kemudian, saya punya jet pribadi. Inilah sinergi positif yang lahir dari cinta,”

Menarik juga untuk disimak, kiat sukses Mantan Presiden BJ.Habibie dalam mencapai kesuksesan dalam berwirausaha. Ada 3 Unsur Cinta yang menjadi landasan filosofis, yang dianggapnya penting. Cintalah yang menjadi dasar utama dalam mencapai kesuksesan tersebut. Seperti yang dikatakanya, 3 Cinta tersebut adalah sebagai berikut :

1. Cinta kelompok pertama ialah mencintai sesama manusia. Dalam kelompok ini, ialah fase mambangun hubungan baik sesama manusia.

Mencintai sesama manusia adalah hal yang sangat penting dalam berwirausaha, karena dengan mencintai sesama manusia kita bisa saling menghargai, sehingga bisa membangun sinergi yang positif. Memperkerjakan manusia, tentunya kita harus menyayangi orang yang kita pekerjakan, dan memanusiakan mereka sesuai dengan kapasitasnya. (Ini menurut saya).

2. Cinta dalam kelompok dua ialah mencintai karya manusia. Pada fase ini, semangat kewirausahaan mulai muncul.

Habibie mengatakan, dengan mencintai karya manusia akan membuat masyarakat menjadi inovatif, sehingga bisa menciptakan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan. Pernyataan ini sangatlah benar, dengan mencintai karya orang yang kita pekerjakan, maka akan memotivasi mereka untuk lebih mengembangkan krestivitasnya, dengan terus berkembang kreativitas mereka, maka akan sangat berpengaruh pada kemajuan usaha. Seperti yang dikatakan Habibie lebih lanjut, dalam kuliah umum program Wirausaha Muda Mandiri, Kamis (17/1/2013).

“Bank Mandiri memanfaatkan kelompok cinta nomor dua ini untuk menumbuhkan kewirausahaan melalui program Wirausaha Muda Mandiri,”

3. Cinta kategori ketiga ialah mencintai apa yang dikerjakan.

Cinta yang ketiga ini adalah hal yang juga penting, karena dengan mencintai apa yang kita kerjakan, maka semua dilakukan dengan rasa suka dan menyenangkan. Sesuatu yang dilakukan dengan rasa suka, maka tidak menjadi beban dalam melakukannya (ini menurut saya).

Itulah rahasia Habibie dan Ainun dalam membangun kehidupan dari nol di Jerman. Cinta, lanjutnya, membuat Habibie dan Ainun bisa berkembang dan sukses dalam karir dan kehidupan di Jerman yang persaingannya ketat.


Sumber tulisan :
http://m.bisnis.com/articles/bj-habibie-mau-sukses-wirausaha-cintai-3-hal-ini

Bung Karno Lolos dari Pembunuhan

Gerakan 30 September atau G-30-S, atau ada yang lebih suka menyebut Gerakan 1 Oktober atau Gestok, pada hakikatnya sama, yakni sebuah tragedi berdarah yang merenggut tujuh perwira TNI-AD. Catatan sejarah mengenai peristiwa kelabu itu, ditandai dengan episode sebuah aksi terkutuk yang diprakarsai Partai Komunis Indonesia (PKI). Karenanya, istilah G-30-S selalu diikuti dengan garis miring PKI.

 Berbagai publikasi mengenai perisitwa tersebut sudah banyak beredar. Bahkan, berbagai diskusi, seminar, sarasehan acap digelar. Khususnya menjelang akhir September. Serpihan sejarah bermunculan, mulai dari keterlibatan CIA hingga keterlibatan –langsung atau tidak langsung– mantan penguasa Orba, Soeharto. Dalam pada itu, beredar pula publikasi yang mencoba mengukuhkan stigma bahwa Sukarno juga telibat, langsung atau tidak langsung dalam peristiwa tersebut.

 Yang pasti, pasca G-30-S, pasca Gestok, yang secara kasat mata membenturkan Dewan Revolusi dan Dewan Jenderal, berakibat pada upaya sistematis menjatuhkan kredibilitas Sukarno sebagai Presiden. Adapun tujuh perwira yang menjadi korban kebrutalan oknum pasukan Resimen Cakrabirawa itu, adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI Harjono MT, Brigjen TNI Sutojo Siswomihardjo, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I.Panjaitan dan Lettu Pierre Tendean. Nah, tahukah Anda, bahwa di balik itu semua, sejatinya Dewan Revolusi juga mengancam nyawa Presiden Sukarno? Kesaksian ini diungkapkan Moch. Achadi, mantan Menteri Transmigrasi dan Koperasi (Mentranskop) Kabinet Dwikora.

Mengurai kesaksiannya ihwal peristiwa genting itu, sungguh laksana membayangkan sebuah lakon drama yang mencekam. Kisah bermula dari Rapat Teknik, 30 September 1965 malam di Istora Senayan, Jakarta. Sesuai jadwal, usai memberi pidato, Bung Karno kembali ke Istana, karena esok paginya, 1 Oktober 1965, ia harus menerima sejumlah tamu untuk urusan negara. Memang, dalam skenario gerakan, malam itu semua “objek” diatur sedemikian rupa supaya pada malam 1 Oktober 1965 ada di rumah masing-masing.

 Itulah mengapa, penculikan para jenderal berlangsung mulus, karena pada malam itu memang semua ada di rumah masing-masing. Bagaimana dengan Bung Karno? Inilah yang terkait erat dengan judul di atas… ya… terkait dengan ngambeknya Ratna Sari Dewi, istri Bung Karno nan jelita yang berdarah Jepang itu. Syahdan, tanggal 29 September 1965 malam adalah giliran Bung Karno mengunjunginya di kediaman Wisma Yaso, sekarang Museum Satria Mandala di Jl. Gatot Subroto.

Namun karena kesibukan yang luar biasa, Bung Karno lupa tidak mengunjungi Dewi. Maka, Dewi pun ngambek dibuatnya. Nah, esok malamnya, 30 September 1965, Dewi mengajak Ny. Sjarief Thayeb, istri Menteri Perguruan Tinggi, bersenang-senang di klub malam Hotel Indonesia. Peristiwa itu diketahui oleh Letkol (Tit) Suparto. Dia adalah sopir, sekaligus orang dekat Bung Karno, khususnya pada hari itu.

Dalam perjalanan dari Istora Senayan menuju Istana, melalui obrolan ringan, Suparto melapor ke Bung Karno. “Bu Dewi ngambek lho pak….” Awalnya hanya pernyataan pancingan. Namun ketika Bung Karno merespons antusas, barulah Suparto melanjutkan, “Bapak kan kemarin harusnya mengunjungi Bu Dewi, tetapi Bapak tidak ke sana.” Atas laporan Suparto, Bung Karno makin antusias menyelidik dan mencari tahu cerita selanjutnya. “Yaaa… sekarang Bu Dewi sedang di kelab malam di Hotel Indonesia bersama Ibu Sjarief Thayeb.”

Spontan Bung Karno mengeluarkan perintah dadakan, dan hanya Suparto yang tahu perintah itu. Intinya, “Lekas kembali ke Istana. Tukar mobil dan tukar pakaian, langsung keluar lagi ke Hotel Indonesia, jemput Bu Dewi.” Itulah peristiwa 30 September 1965 malam. Sekembali ke Istana, Bung Karno bertukar pakaian, lalu keluar lagi bersama Suparto menjemput Dewi di Hotel Indonesia. Sesampai di pelataran parkir, Bung Karno menyuruh Suparto masuk, menjumpai Dewi dan memberi tahu ihwal kedatangannya menjemput.

 Demi mendapati kedatangan Suparto dan informasi yang disampaikan, Dewi pun bergegas keluar kelab malam dan menemui Bung Karno yang sudah menunggu di dalam mobil. Cerita berlanjut ke Suparto membawa pasangan Bung Karno – Dewi ke Wisma Yaso. Di sanalah Bung Karno menghabiskan malam berdua istrinya yang jelita. Kisah berlanjut pagi hari, ketika Brigjen Supardjo datang ke Istana hendak menjumpai Bung Karno.

Sebagai pentolan Cenko (Central Komando) PKI, Supardjo mendapat tugas untuk meminta persetujuan Bung Karno atas gerakan Dewan Revolusi yang menghabisi apa yang disebut Dewan Jenderal. Perintah Cenko PKI kepada Supardjo adalah, kalau Bung Karno menolak menandatangani persetujuan pembantaian Dewan Jenderal, maka Supardjo harus membunuh Bung Karno pagi itu juga. Seketika. Apa yang terjadi? Bung Karno tidak ada di Istana. Ajudan dan pengawal yang ada di Istana pun tidak tahu di mana Bung Karno berada. Bisa dimengerti, karena yang mengetahui peristiwa malam itu hanya Bung Karno dan Suparto, sopir dan orang dekat yang mendampingi Bung Karno 30 September 1965. 

Sementara itu, pada episode yang lain, Bung Karno bersama Suparto meninggalkan Wisma Yaso pagi hari hendak kembali ke Istana. Apa yang terjadi? Di luar Istana tampak keadaan yang mencurigakan, banyak pasukan tak dikenal. Pengawal spontan membelokkan arah mobil Bung Karno ke Slipi, ke kediaman istri yang lain, Harjatie. Dari Slipi itulah pengawal dan ajudan berkoordinasi mengenai situasi genting yang sedang terjadi.

 Satu hal yang bisa dipetik dari peristiwa 30 September 1965 malam, adalah, kalau saja Dewi tidak ngambek…. Kalau saja Suparto tidak melaporkan kepada Bung Karno ihwal ngambeknya Dewi…. Kalau saja Bung Karno tidak berinisiatif menjemput Dewi di Hotel Indonesia dan pulang ke Wisma Yaso…. Bung Karno pasti sudah ditembak mati Supardjo. Mengapa? Semua kalkulasi tidak akan menyimpulkan Bung Karno tunduk pada Supardjo dan menandatangani persetujuan gerakan Dewan Revolusi.

Dan ketika Bung Karno menolak tanda tangan, sudah jelas apa yang terjadi, Supardjo harus menembak mati Bung Karno saat itu juga. Bagaimana rangkaian kisah di atas tersusun? Adalah Moch. Achadi, yang secara kebetulan adalah paman dari Sutarto, sopir Bung Karno pada 30 September 1965, sehingga ia mengetahui dari Sutarto langsung peristiwa tadi. Kemudian, secara kebetulan pula, ketika Achadi ditahan penguasa Orde Baru, ia berdekatan dengan sel Brigjen Supardjo yang bertugas mengeksekusi Bung Karno seandainya tidak memberi restu kepada Dewan Revolusi. Begitulah sejarah terbentuk. Begitulah kebenaran mengalir menemukan jalannya sendiri. --------------------------------------------------------

Sumber tulisan dari :
https://www.facebook.com/photo.php_?fbid=3968025set679&set=a.769981149274.105859.100000488266800&type=3&theater

Misteri Diseputar Peristiwa G 30 S PKI



Gerakan 30 September atau lebih dikenal dengan G 30 S PKI, sebuah isu yang mencuat dengan memanfaatkan momentum Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang memang cukup dominan saat itu, begitu seram kedengarannya karena secara politis gerakan ini dianggap berbahaya dan musuh masyarakat, juga doktrinnya Partai Komunis Indonesia (PKI) itu Partai terlarang, sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang tidak berdosapun terfitnah sebagai penganut Partai terlarang tersebut.Baca Ini

Doktrin ini dihembuskan sampai Rezim Orde Baru berkuasa, siapapun yang tidak termasuk dalam Gerbong Orde Baru maka kalau salah faham akan di Cap sebagai anggota organisasi terlarang, ini bagian dari trik politik untuk memperkuat kekuasaan, kalaulah dikatakan Fitnah itu Dosa maka betapa banyak dosa orang-orang Rezim Orde Baru tersebut, karena begitu banyak rakyat yang tidak berdosa menjadi korban fitnah sebagai PKI. Untuk kepentingan Politik hal seperti itu dianggap sesuatu yang biasa, yang penting tujuan yang diinginkan tercapai.

Momentum Gerakan 30 September ini pula merupakan sebuah gerakan penumpasan PKI, jika ada yang ditumpas habis maka tentunya ada yang menjadi Pahlawan Penumpasnya, gerakan ini merupakan gerkan politik yang sangat terencana secara sistematis, namun sejarah tidak bisa mencatat sebagaimana mestinya, bagi penguasa sejarah bisa diciptakan sesuai dengan kehendaknya, banyak sejarah yang diajarkan tidak mengikuti kebenarannya, karena semua yang ada dikuasai penguasa, bertentangan dengan penguasa maka akan di cap anggota PKI, hal inilah yang membuat rakyat tak lagi berani buka suara.

Namun uraian diatas hanyalah sebagian cukilan kecil dari penelitian, riset dan kajian yang telah banyak dilakukan untuk mengurai skenario peristiwa 30 September1965. Beberapa hasil dan teori bahkan telah diuraikan dalam buku-buku dapat dibagi dalam 6 teori yaitu :

1. Skenario yang disetujui oleh pemerintah orde baru bahwa pelaku utama G 30 S adalah PKI dan Biro Khusus, dengan memperalat unsur ABRI untuk merebut kekuasaan dan menciptakan masyarakat komunis di Indonesia.
2. Skenario kedua yakni G 30 S merupakan persoalan internal AD, yang merupakan kudeta yang dirancang mantan presiden, Soeharto
3. Sedangkan untuk skenario ketiga bahwa CIA-lah yang bertanggungjawab dengan menggunakan koneksi di kalangan AD bertujuan menggulingkan Soekarno dan mencegah Indonesia menjadi basis komunisme
4. Keempat, merupakan skenario yang dibuat oleh Inggris dan Amerika bertujuan menggulingkan Soekarno
5. Merupakan skenario yang paling kontroversial dengan menempatkan Soekarno sebagai dalang dari G 30 S untuk melenyapkan pemimpin oposisi dari kalangan AD
6. Teori chaos, gabungan dari nekolim, pemimpin PKI yang keblinger dan oknum ABRI yang tidak benar

Teori atau skenario apapun yang dijalankan saat itu oleh pihak-pihak yang masih dianggap misterius, dikarenakan belum adanya kesepakatan untuk menunjuk satu pihak yang bertanggungjawab dalam peristiwa 1965, peristiwa tersebut telah menorehkan luka yang sangat dalam bagi sebagian besar warga Indonesia. Sekitar 500.000 jiwa telah menjadi korban, tewas dibunuh hanya karena diduga menjadi kader, simpatisan atau anggota PKI. Tragedi ini juga telah mengakibatkan penderitaan bagi 700.000 orang rakyat Indonesia termasuk keluarganya.

Pada catatan sejarah yang ada, banyak para Jenderal yang mati karena kekejaman PKI, seperti itulah sejarah yang tertulis, tapi seperti apakah kebenaran sejarah sesungguhnya ? Hal inilah yang sangat susah untuk diungkap tapi sejarah tetaplah sesuatu realita yang cepat atau lambat akan tetap terungkap.

Sumber tulisan dikutif dari berbagai sumber buku maupun media online yang berupa catatan sejarah G 30 S PKI
Sumber foto: http://bossgahutagalung.files.wordpress.com/2010/09/penumpasan-pki-g-30-s.jpg

Pidato SBY "Menghipnotis" Anak-anak Hingga Tertidur





Hebatnya pidato Presiden SBY, bukan hanya orang dewasa dan pejabat negara yang mendengarkan pidatonya hingga tertidur, anak-anak pun bisa dinina bobokkan oleh pidato beliau. Seringkali Presiden SBY menegur orang-orang yang tertidur saat beliau sedang berpidato, seakan-akan pidato beliau tidak penting untuk didengarkan, atau bisa jadi saking khidmatnya mendengarkan, sehingga tertidur pulas. 

Saat berpidato pada perayaan Hari Anak Nasional yang diadakan di Theater IMAX Keong Emas TMII, Jakarta, Rabu (29/8/012), yang dihadiri 500-an anak-anak dari Jabodetabek, yang sebagian besar adalah anak usia SD - SMP, anak-anak yang sudah hadir sejak pukul 08.00 WIB, sementara Presiden baru hadir dua jam kemudian, sehingga ketika mengikuti pidato presiden ada sebagian anak yang tertidur. 

Seperti yang diberitakan, Presiden SBY sempat menghentikan pidayonya selama tiga menit, karena dilihatnya ada anak-anak yang tertidur sata beliau sedang berpidato, melihat keadaan itu Presiden lalu menegur anak-anak tersebut,

 "Tolong bangunkan yang tertidur, itu ada satu dua anak yang tertidur" celetuk Presiden SBY. 

Mendengar teguran Presiden, maka anak-anak tersebut dibangunkan, dan Presiden pun melanjutkan pidatonya. Memang kalau melihat materi pidato yang disampaikan Presiden SBY, banyak memberikan pesan-pesan yang positif bagi anak-anak Indonesia, hanya saja mungkin substansi isi pidato presiden kurang menarik minat anak-anak untuk mendengarkannya.

Hal ini bisa disebabkan karena anak-anak kurang mengerti terhadap materi pidato yang disampaikan, sehingga akhirnya sebagian anak-anak pun tertidur. Ya namanya juga anak-anak kadang kita yang orang tua harus mau banyak memahami apa yang lebih disukai anak-anak, dan pidato seperti apa yang patut disampaikan pada anak-anak sehingga mereka bisa asyik mendengarkannya.

Tapi memang seharusnya orang tua/pendidik yang mendampingi mereka bisa mengarahkan anak-anak agar tetap konsen mendengarkan pidato Presiden, terlepas dari suka atau tidak suka, dengan demikian presiden merasa lebih dihargai. Tapi yabegitulah kalau materi pidato yang kurang mengena, jangankan anak-anak, orang dewasa pun bisa khusuk mendengarkannya, dan hal seperti ini bukan hanya baru kali ini terjadi, pernah juga didepan para pejabat negara pun demikian terjadi, saat beliau berpidato ada diantara audience yang tertidur, sehingga beliau pun menegur para pejabat tersebut.

 Memang tidak semua orang pandai menarik simpati audience dengan pidatonya, haruslah seseorang yang memiliki keahlian seni berpidato. Kalau kita pernah tahu, bahwa baru Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarnolah yang mampu memukau para audience dengan pidatonya, sehingga yang mendengar pidatonya bisa tergugah dan terpesona dengan isi pidato yang disampaikannya, karena beliau memanglah seorang orator ulung yang belum ada tandingnya di Republik ini.

 Sumber tulisan : Tribunews.com

Peristiwa Dibalik Proklamasi Kemerdekaan RI




Tujuh belas Agustus 2012 adalah merupakan Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tanggal tersebut, 67 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah bagi Bangsa dan Negeri ini, karena di hari itulah merupakan awal dari “Kebebasan” rakyat Indonesia dari segala penjajahan dan sekaligus penanda awalnya sebuah perubahan yang cukup berarti bagi bangsa ini.

Namun, ada beberapa hal menarik di seputar hari Kemerdekaan tersebut yang sayang jika belum Anda ketahui. Dari beberapa data yang saya dapat, saya hanya menuliskannya kembali sebatas yang perlu diketahui, dan saya edit ulang sesuai dengan momentum memperingati Hari Kemerdekaan  saja, hal-hal lain yang tidak ada kaitannya saya tidak cantumkan disini, mengingat hal tersebut tidak ada korelasinya, beberapa hal yang menjadi Kronik Dibalik Detik-Detik Proklamasi tersebut sebagai berikut:

1. Bung Karno Sakit beberapa saat menjelang Kemerdekaan di Proklamirkan

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00 (2 jam sebelum pembacaan teks Proklamasi), ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala Malaria Tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di tengah-tengah  puasa Ramadhan. Baca cerita sebelumnya “Konflik” Menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI

“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dr Soeharto, dokter kesayangannya. Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta.

Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah. “Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya; masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Dibuat Sangat Sederhana

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor, dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nanti selama lebih dari 300 tahun!

3. Bendera Merah Putih di buat dari Seprai

Berdasarkan data yang saya dapat, Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!, Bendera tersebut di Jahit tangan oleh Ibu Fatmawati, Isteri Bung Karno (ini tambahan dari saya), karena pada data tersebut tidak disebutkan siapa yang menjahitnya.

4. Naskah Asli Proklamasi Ditemukan di Tempat Sampah

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik olehSajuti Melik.Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

5. Negatif Foto Di Tanam di Bawah Pohon

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer,fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

6. Bung Hatta Berbohong Demi Proklamasi

Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik, seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi.

Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya.”You are a liar !” ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru.

7. Bendera Merah Putih dan Perayaan Tujuh Belasan Bukan di Indonesia Saja

Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960. Selain itu, masih menjadi perdebatan apakah lagu Indonesia Raya benar-benar merupakkan karya asli WR Supratman, ataukah ‘terinspirasi’ oleh lagu Perancis, “Les Marseilles”, yang memiliki nada-nada yg sangat mirip.

8. Gelar Proklamator Hanyalah Gelar Lisan

Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada Bung Karno dan Bung Hatta.

9. Indonesi Mungkin Saja Punya Lebih Dari Dua Proklamator

Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari dua” proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. “Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

Begitulah Kronik diseputar menjelang Detik-detik Proklamasi, yang mungkin luput dari pengetahuan kita. Tulisan ini sengaja saya susun ulang dalam rangka Meperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 -17 Agustus 2012, semoga saja kita bisa mengenang kembali peristiwa sakral tersebut, dan beberapa hal yang terjadi di seputar peringatan Hari Kemerdekaan tersebut. Kadang kita tidak mengingat betapa peristiwa tersebut sangat dinantikan selama 300 tahun, dan sekarang kita menikmatinya, adakah kita juga memaknai susah payahnya perjuangan para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Republik ini, apa yang sudah kita lakukan untuk republik ini.

Kita hanya tinggal mengisi kemerdekaan ini, dan mempertahankannya agar kita tidak lagi menjadi bangsa yang terjajah, baik secara sosial, budaya, politik maupun ekonomi oleh bangsa manapun. Komitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati yang tidak bisa di tawar lagi, menghindari ketertindasan dari bangsa asing adalah komitmen rakyat dan pemimpin bangsa ini. Indonesia sekarang dan Masa Nanti harus memeiliki pemimpin yang yang mampu berkomitmen untuk tidak tunduk pada kepentingan Asing.

Point-point penting dari tulisan ini saya copas dari http://inpogue.com/rahasia-17-agustus-1945-yang-jarang-diketahui-orang, karena merupakan data otentik, hanya saja saya menambahkan pada hal-hal saya anggap kurang, tapi penting untuk di tambahkan.

Bung Karno dan Konflik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI



Banyak peristiwa sejarah yang cukup penting terjadi menjelang Proklamasi RI tahun 1945, tapi dalam tulisan ini saya mengkhususkan untuk menulis tentang sisi pemuda, tentang patriotisme pemuda indonesia di saat itu yang menurut saya punya peranan yang cukup penting di dalam memproklamasikan Indonesia. Pada setiap jamannya Pemuda selalu menjadi inspirator Pembawa Perubahan, dalam setiap negara setiap perubahan selalu ada pemuda yang terlibat. Makanya peran pemuda dalam sebuah negara itu mempunyai arti yang sangat penting, kualitas pemuda pada suatu negara akan sangat menentukan kualitas suatu negara di masa depan.

 Jakarta kala itu sangat tegang. Golongan tua termasuk Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat sebaiknya kemerdekaan dicapai tanpa pertumpahan darah. Ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak Jepang. Sebaliknya kelompok pemuda sudah tidak sabar lagi. Kemerdekaan harus segera diproklamasikan tanpa bantuan dan melibatkan bangsa asing mana pun. Kelompok pemuda malah menganggap Bung Karno dan Bung Hatta kejepang-jepangan, padahal ini adalah strategi Diplomasi yang harus dilakukan Bung Karno dan Bung Hatta.

 Pada 15 Agustus 1945 pukul 20.00, di salah ruangan Lembaga Bakteriologi, di Pegangsaan Timur 17 (sekarang Fakultas Kesehatan Masyarakat UI), para pemuda dan mahasiswa mengadakan pertemuan di bawah pimpinan Chaerul Saleh. Hasilnya, pukul 23.00 mereka mengutus Wikana dan Darwis mendatangi Bung Karno dan mendesak agar esok hari (16/8) memproklamasikan kemerdekaan. Bung Karno menolak. Alasannya ia dan Bung Hatta tidak ingin meninggalkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Apalagi PPKI esoknya akan rapat di Jakarta.

Bung Karno dan Bung Hatta menginginkan kemerdekaan ini bisa dicapai dengan cara negosiasi dengan jepang, namun dengan cara demikian Bung Karno dan Bung Hatta di cap ke jepang-jepangan oleh Syahrir. Perbendaan pandangan antara Bung Syahrir dengan Bung Karno dan Bung Hatta, tidaklah ditanggapi secara serius oleh Bung Karno, tapi dengan cara itulah Bung Syahrir memanasi Pemuda agar mendesak Bung Karno dan Bung Hatta segera memerdekakan Indonesia. Apa yang dilakukan Bung Syahrir adalah demi kemerdekaan Indonesia, hanya saja caranya dipandang oleh Bung Karno dan Bung Hatta terlalu radikal, Bung karno dan Bung Hatta tidak menginginkan adanya pertumpahan darah.

Adalah AM Hanafi, seorang tokoh Angkatan ‘45 dan mantan dubes RI di Kuba, dalam buku Menteng 31 menulis, ”Tanggal 14 Agustus 1945 pukul 15.00 beberapa pemuda radikal berkumpul di sebuah pekarangan yang banyak pohon pisangnya, tidak jauh dari lapangan terbang Kemayoran. Mereka adalah Chaerul Saleh, Asmara Hadi, AM Hanafi, Sudiro, dan SK Trimurti. Kami menantikan kedatangan Bung Karno dan Bung Hatta dari Saigon. Kami pikir keduanya diiming-imingi Jepang dengan janji kemerdekaan kelak di kemudian hari. Janji yang kami anggap menghina bangsa Indonesia. Kami para pemuda tidak mau kemerdekaan hadiah.” Ketika Bung Karno dan Bung Hatta hendak masuk mobilnya, Chaerul Saleh menghampiri mereka, dan berkata, ”Proklamirkan kemerdekaan sekarang juga.” Bung Karno yang tidak senang didesak mengatakan, ”Kita tidak bisa bicara soal itu di sini. Lihat itu, Kempetai mengawasi kita.” Lalu ia masuk ke mobil di mana Hatta sudah berada di dalamnya.

Ketegangan antara Pemuda Indonesia dengan Bung Karno dan Bung Hatta ini memang hanya disebabkan perbedaan persepsi anatar generasi, para pemuda menginginkan sesuatu segera terwujud, sementara Bung Karno dan Bung Hatta masih menginginkan meraih kemerdekaan dengan cara yang damai tanpa pertumpahan darah, makanya ketika Wikana mengancam, ”Kalau Bung Karno tidak mau mengumumkan proklamasi, esok akan terjadi pertumpahan darah di Jakarta.” Bung Karno pun naik pitam, ”Ini batang leherku. Potonglah leherku malam ini juga.” Wikana terkejut melihat kemarahan Bung Karno itu. Namun para pemuda tidak terus putus asa, tetap berusaha untu memaksa Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Ancaman para pemuda rupanya bukan omong kosong.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00, setelah sahur, mereka menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Di sini sekali lagi para pemuda di bawah pimpinan Sukarni gagal memaksa keduanya untuk memproklamasikan kemerdekaan. ‘Perdebatan’ kelompok muda dan tua terjadi kembali pada menit-menit menjelang proklamasi. Meski proklamasi diputuskan akan dibacakan pukul 10.00 di kediaman Bung Karno, para pemuda tetap gelisah. Mereka khawatir tentara Jepang akan menggagalkannya.

Mereka mendesak Bung Karno segera membacakannya tanpa menunggu Bung Hatta. ”Saya tidak akan membacakan teks proklamasi kalau Bung Hatta tidak ada. Jika Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan baca sendiri,” kata Bung Karno dengan lantang. Tak lama kemudian terdengar teriakan, ”Bung Hatta datang… Bung Hatta datang….” Tepat pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan RI pun diproklamasikan.

 Jadi sangat jelas peran pemuda Indonesia saat itu demi untuk kemerdekaan Indonesia, andil pemuda indonesia cukup besar dalam detik-detik menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, namun peran pemuda ini hanya ada tercatat dalam sejarah, nama-nama mereka jarang sekali disebutkan pada setaiap acara-acara proklamsi kemerdekaan. Setelah kemerdekaan juga peranan pemuda dalam membawa perubahan bangsa sangatlah menonjol, saat Bung Karno turun juga, pemuda cukup berperan dalam memberikan tekanan-tekanan, begitu juga ketika pemerintahan Orde Baru Lengser.

Jadi kalau Bung Karno pernah mengatakan Beriakan aku pemuda, maka aku akan mengguncangkan Dunia. Jadi begitu bangganya Bung Karno pada pemuda Indonesia. Akankah Pemuda Indonesia terus membuat sejarah ? Pastinya akan terus, karena pemuda itu sangat identik dengan semangat perubahan. SALAM MERDEKA….

 Tulisan ini sengaja saya tuliskan untuk mengenang kembali berbagai peristiwa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tulisan ini saya kutip dari berbagai sumber, baik dari buku, media on line juga dari blog pribadi saya. Semoga saja tulisan ini bisa menggugah semangat kaum muda, betapa pentingnya peranan kaum muda terhadap sebuah perubahan sebuah bangsa.

Foke Dirugikan "Tim Suksesnya Sendiri"



Melakukan pendekatan terhadap rakyat secara aktif memanglah wajib bagi Calon Gubernur DKI, apa lagi dengan cara-cara yang kreatif, yang tidak terkesan butuh rakyat secara musiman. Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang sangat tepat untuk meningkatkan silturakhim dengan rakyat, tentunya juga dengan cara-cara yang merakyat, tidak ada batas antara rakyat dengan pejabat.

 Pendekatan kepada masyarakat yang sudah cerdas dalam memilih harus juga dengan cara-cara yang cerdas dan jauh dari kesan culas, karena masyarakat yang cerdas sangat memahami mana cara-cara pendekatan yang baik dan mana pendekatan dengan cara yang culas. Semua akan terlihat dari kebiasaan, yang tidak biasa tentunya tidaklah bisa dibiasa-biasakan.

 Tapi apa yang dilakukan Tim Sukses Foke selama bulan Ramadhan, dengan melakukan Kampanye tersembunyi, memanfaatkan Mesjid dan Sholat tarawih adalah hal yang akan menghancurkan Foke sendiri, mengingat pendekatan seperti itu bukanlah pendekatan yang efektif untuk mencari simpati masyarakat, yang ada malah mendatangkan antipati masyarakat. Seperti yang diberitakan Kompas.com :

 Sebelumnya diwartakan, tim sukses calon gubernur DKI Jakarta DKI Fauzi Bowo diduga mencuri start dengan membagi-bagikan selebaran bergambar Fauzi. Selebaran berisi isu agama tersebut dibagikan tokoh pendidikan Arief Rachman di masjid saat tarawih di kawasan Jl Blekok, Rawamangun, Jakarta Timur. Terkait pembagian selebaran di masjid di kawasan Jalan Blekok ini, Ramdhansyah mengatakan bahwa pihaknya belum mendapat laporan soal hal itu.

 Cara-cara yang tidak efektif seperti itu tidak perlu lagi dilakukan, seperti misalnya menitipkan pesan pada para pendakwah dimesjid-mesjid. Karena cara ini akan sangat ketahuan kalau apa yang disampaikan merupakan pesanan. Masyarakat yang datang ke Mesjid bukanlah masyarakat yang ingin mendengar pesan politik, mereka datang ke Mesjid ingin mendengar pesan-pesan moral tentang perbuatan baik dan segala benyuk kebaikan, jadi kalau mengumbar pesan yang bertujuan tidak baik maka apa yang disampaikan tidaklah tepat sasaran.

 Untuk pemimpin yang tergolong ambisius dan kurang elok kepemimpinannya, Rasulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam membeberkan ciri-ciri mereka,

"Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Diatas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai." ( HR.Athabrani)

Suasana Ramadhan ini harusnya diperbanyak menebar kebaikan, bukanlah memperlebar permusuhan. Dekatilah rakyat dengan bijak, bantu mereka dan senangi mereka dengan segala keikhlasan dan penuh ketulusan. Biarakanlah mereka memberikan penilaian secara bijak, mana yang baik dimata mereka, dan pemimpin seperti apa yang mereka butuhkan. Jangan lagi ada rekayasa dalam pemilihan, jadikanlah ini kesempatan untuk mendapatkan pemimpin yang memang sesuai dengan pilihan. Foto illustrasi : Kompas.com